Senin, 24 Agustus 2009

fakta bwt qta

Pikiran a.Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa madrasah adalah sekolah agama yang mengajarkan pelajaran-pelajaran agama saja. Padahal menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, madrasah itu setara dengan sekolah umum, yang memiliki ciri khas keagamaan, sehingga dalam UU itu madrasah disebut sebagai "sekolah umum berciri khas Islam.
Dengan demikian, kurikulum yang berlaku adalah kurikulum sekolah umum dengan penambahan kurikulum keagamaan (pada umumnya perbandingan kurikulum madrasah adalah 70% kurikulum umum dan 30% kurikulum agama).
Dengan struktur kurikulum seperti itu, maka madrasah memiliki pelajaran yang lebih banyak daripada sekolah umum, sehinga diharapkan lulusan madrasah memiliki keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta unggul dalam penguasaan agama. Mestinya hal ini menjadi nilai tambah yang dapat meningkatkan animo masyarakat terhadap madrasah. Tetapi kenyataannya tetap saja madrasah dianggap sebagai lembaga pendidikan "nomor dua". Pertanyaannya, mengapa madrasah kurang diminati dan dianggap lembaga pendidikan "nomor dua"?
Dalam naskah Pengembangan Madrasah Aliyah Berbasis Sains dan Teknologi yang diterbitkan oleh Departemen Agama tahun 2005, secara terperinci diuraikan masalah-masalah pokok yang menjadi penghambat pengembangan madrasah, yaitu rendahnya sumber daya kependidikan, rendahnya pendanaan pendidikan madrasah, mayoritas madrasah berstatus swasta, dan mayoritas madrasah berada di perdesaan.
Dari masalah-masalah pokok di atas, yang paling penting dari kurangnya kualitas madrasah adalah rendahnya sumber daya kependidikan dan status madrasah yang lebih banyak swasta dari pada madrasah negeri.
Rendahnya sumber daya kependidikan madrasah pada umumnya menjadi masalah hampir di setiap madrasah. Hal ini terlihat dari tingginya angka guru yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasinya (missmatch) dan underqualified. Ini terjadi karena motivasi menjadi guru madrasah lebih banyak dilatarbelakangi faktor pengabdian dan ketulusan, sedangkan dari sisi kemampuan dan kecakapan disiplin ilmu, masih rendah. Kemudian masalah ini menyebabkan rendahnya kualitas madrasah, sehingga madrasah mengalami kesulitan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif. Masalah sumber daya kependidikan madrasah umumnya terkait pada faktor kualitas guru. Menurut data dari Departemen Agama, 66,5% guru madrasah berlatarbelakang pendidikan agama dan hanya 33,5% guru yang berlatar belakang umum. Selanjutnya Departemen Agama mengidentifikasi masalah lain yang menyangkut guru, yaitu tidak menguasai subject matter secara baik, kurang menguasai metodologi pembelajaran yang efektif, kurang menguasai alat dan bahan pembelajaran, kurang mampu mengakses buku-buku dan pengetahuan baru, serta rendahnya kemampuan evaluasi.
Selain faktor guru, kemampuan manajerial kepala madrasah. Sampai saat ini, masih banyak madrasah yang dikelola dengan manajemen ala kadarnya dan bersifat tradisional, terutama madrasah yang dikelola oleh yayasan keluarga. Di samping itu, rendahnya dukungan masyarakat juga menjadi masalah pokok yang sampai saat ini masih terjadi di banyak madrasah.
Sedangkan dalam hal status madrasah, berdasarkan Data Emis tahun 2000/2001, sebagian besar madrasah berstatus swasta, bahkan banyak madrasah negeri yang awalnya merupakan madrasah swasta yang didirikan oleh masyarakat. Banyaknya madrasah swasta ini berpengaruh terhadap kualitas pendidikan madrasah, terutama menyangkut standarisasi fasilitas dan alat, serta bahan pembelajaran sebab madrasah swasta pada umumnya memiliki kebijakan sendiri yang otonom dalam penyediaan tenaga guru dan kepala madrasah, serta pembiayaannya.
Kini masalah sudah diketahui, selanjutnya tinggal kembali lagi kepada pengelola madrasah dan Departemen Agama, untuk mengatasi berbagai masalah yang ada, sehingga madrasah dapat berkembang. Jauh lebih penting, madrasah dapat dianggap sebagai lembaga pendidikan yang sejajar dengan sekolah umum. Dengan demikian, minat masyarakat terhadap madrasah dapat meningkat. Semoga madrasah tidak terus-menerus terpinggirkan serta dianggap lembaga pendidikan "nomor dua" di negeri ini. **

Rabu, 12 Agustus 2009

INIKAH AKU

Aku ingin tetap bersama dia
namun .......
banyak hal yang belum
ku pahami dan kumengerti

aku ingin tetap bersama dia
dikala sedih maupun senang
dikala hujan maupun panas
dikala badai maupun kekeringan

hanya satu tujunku
aku ingi tetap bersama dia

karena dia telah mencuri hatiku

Jumat, 19 Juni 2009

keep the best mu

ROMA, KOMPAS.com — Pemain sayap Barcelona, Lionel Messi, menyatakan, timnya pantas menang dari Manchester United. Namun, menurutnya, hal itu tak menghapuskan kenyataan bahwa MU adalah tim besar.

Pada duel final Liga Champions, MU sempat menekan Barcelona pada sepuluh menit pertama. Namun, ketika Barcelona unggul melalui Samuel Eto'o di menit kesepuluh, sang juara bertahan tak bisa mengembangkan permainan terbaiknya. "Setan Merah" bahkan kecolongan gol sundulan dari Messi pada menit ke-70.

Secara keseluruhan, "The Red Devils" seperti tidak berdaya mengatasi permainan menyerang dari "Blaugrana". Namun, Messi menilai, tidak mudah bagi timnya untuk mengalahkan wakil Inggris itu. Ia dan rekan-rekannya harus bekerja sangat keras, apalagi Barcelona tampil tanpa sejumlah pemain terbaiknya.

"Kami layak untuk ini, untuk segalanya yang telah kami lakukan tahun ini. Aku tak akan lupa bagaimana setiap orang bermain ketika kami menghadapi sebuah tim besar," ujar Messi.

Senada dengan itu, kapten Barcelona, Carles Puyol, mengakui bahwa MU adalah musuh menakutkan. Tanpa kerja ekstra, tak mungkin "Azulgrana" bisa membuat "Setan Merah" tersungkur.

"Kami bekerja keras dan mereka tidak membuat hidup kami mudah. Tetapi, bila kami ingin menang malam ini, kami tahu bahwa kami harus berjuang," tuturnya. (SUN)

bajakan??? gw juga pake

JAKARTA - Pembajakan piranti lunak di Indonesia pada 2008 mengalami peningkatan. Meski persentasenya kecil, hanya 1 persen. Namun yang ironis, pembajakan di Indonesia lebih tinggi ketimbang negara Irak.

Riset yang dikeluarkan oleh IDC menyebutkan, Indonesia berada di posisi ke-12 dengan tingkat pembajakan sebanyak 85 persen. Naik 1 persen dari 2007 yang hanya 84 persen. Sedangkan Irak, negara yang sedang berkecamuk perang, berada di peringkat ke-14. Namun dengan tingkat presentase yang sama, 85 persen.

"Indonesia, Vietnam dan Irak, memiliki persentase pembajakan yang sama. Akan tetapi Indonesia lebih tinggi posisinya karena perkiraan kerugian yang dialami di tanah air lebih besar," ujar Donny Sheyoputra dari BSA, saat konferensi pers laporan pembajakan software global ke-6 di Penang Bistro, Jakarta Pusat, Selasa (12/5/2009).

Menurut IDC, Indonesia menyumbang kerugian melalui pembajakan software mencapai USD544 juta. Naik dari tahun 2007 yang berjumlah USD411 juta. Dibandingkan dengan Irak, walaupun presentasenya sama, kerugiannya hanya mencapai USD205 juta.

Masih menurut Donny, secara keseluruhan, tingkat pembajakan di dunia mengalami kenaikan dengan rata-rata presentase sebesar 41 persen. Naik dari tahun sebelumnya, yaitu 38 persen.

Sejumlah negara yang diteliti oleh IDC, 36 negara dalam daftar tersebut tidak mengalami peningkatan, atau presentasenya tetap. Sedangkan 16 negara lainnya mengalami peningkatan, termasuk Indonesia.

Salah satu penyebab peningkatan pembajakan di Indonesia karena pengapalan PC pada 2008 lalu mengalami kenaikan 100 persen. Dan 48 persennya jatuh ke konsumen. Dan kebanyakan konsumen personal menggunakan software bajakan.

"Untuk itulah pemerintah melalui Timnas HAKI lebih mensosialisasikan kesadaran akan penggunaan software yang asli dikalangan konsumen personal," tandas Donny.

gara-gara cd bajakan

MINNESOTA - Pengadilan Negeri Minnesota telah menngeluarkan putusan terhadap kasus musik digital bajakan yang dilakukan oleh seorang wanita, dengan denda senilai USD1,92 juta.

Jammie Thomas-Rasset, wanita single parent dengan empat orang anak telah dinyatakan bersalah karena mendownload 24 lagu secara ilegal melalui internet. Ia ketahuan telah mendapatkan lagu-lagu tersebut dengan menggunakan jaringan file sharing Kazaa.

Dilansir melalui AFP, Jumat (19/6/2009), setelah pembahasan selama lima jam, juri pengadilan akhirnya memutuskan Jammie untuk membayar lagu-lagu tersebut dengan nilai USD80.000 per lagu, kepada enam buah perusahaan rekaman. Perusahaan-perusahaan rekaman tersebut adalah Capitol Records, Sony BMG Music, Arista Records, Interscope, Warner Bros, dan UMG Records.

Jammie merupakan korban pertama yang telah dijatuhi hukuman karena melakukan download musik di internet secara ilegal. Seluruh perusahaan rekaman di Amerika, melalui asosiasinya yang bernama Recording Industry Association of America (RIAA) berencana untuk mulai mengajukan tuntutan hukum kepada para pembajak di internet, dengan denda senilai USD3.000 hingga USD5.000 per lagu.

Total terdapat 35.000 orang yang telah diadukan oleh RIAA sejak tahun 2003

pria tertua meninggal dunia

TOKYO - Pria tertua di dunia, Tomoji Tanabe, Jumat ini, meninggal dunia karena sakit. Dia meninggal dunia di usia 113 tahun. Tanabe menderita gangguan liver kronis di rumahnya di kota Miyakonojo sebelah selatan Jepang.

"Tanabe adalah simbol Miyakonojo dan memberi semangat banyak warga kota itu. Dia juga menjadi pembicaraan orang karena dapat hidup lama," kata Makoto Nagamine Wali Kota Miyakonojo seperti dikutip AFP, Jumat (19/6/2009).

Saat merayakan ulang tahunnya ke-113 pada 18 September tahun lalu, Tanabe mengungkapkan rahasia usianya yang panjang. Dia mengaku memiliki orang yang suka makan, namun dia juga ketat dalam diet. Tanabe juga tidak minum minuman beralkohol, merokok, dan camilan.

Tanabe meninggalkan delapan anak, 25 cucu, 53 cicit, dan enam anak cicit.

Potensi berusia panjang di Jepang cukup besar. Angka harapan hidup tinggi karena budaya sehat yang dijalankan masyarakatnya, seperti diet, mengonsumsi ikan, beras, dan sayuran.

Rabu, 03 Juni 2009

suck

allowscriptaccess="always"
flashvars="autostart=true&autoplay=true&file=http://www.stafaband.info/listen0928579/The_Game_-_My_Life_(Feat_Lil_Wayne)_stafaband.info.mp3">
face=verdana>Get More Songs & Codes at www.stafaband.info

anjrit semua

kenapa gag ada yang mau ngerti gue ???
apa semua orang emang dah gag perduli ma gue?/
orang yang gue percaya ternyata nusuk gue dari belakang............
anrit loe semua........

gag bonyok gag abank gue, orang yang gue sayang ajha gag pernah ngerti gue.....

apa seeh yang mereka fikir tentang gue??

pembawa masalah kah??

andai aja gue ga hidup pasti semua masalah ga akan kayak gini.......

please TUHAN kasih gue jalan buat nyeleasin semua masalh ini......

Minggu, 31 Mei 2009

kesehatan reproduksi remaja

apakah kesehatan reproduksi itu?????????mungkin hampir sebagian besar dari kita belum ngeh dengan istilah kesehatan reproduksi. kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahterafisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi (konferensi international kependudukan dan pembangunan, 1994).
sedangkan kesehatan reproduksi remaja sendiri adalah suatukondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
mengapa dalam hal ini remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi itu sendiri?????????????????????????????agar remaja dapat memperoleh informasi yang benar dan akurat mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. pengetahuan dasar ini adalah:
1. pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin dan cara merencanakan kehamilan sesuai waktu
3. penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
4. bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. kekerasan seksual dan cara menghindarinya
7. mengembangkan kemampuan komunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
8. hak-hak reproduksi.
siapa saja yang perlu diberitahu tentang kesehatan reproduksi????yaitu laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti perihal kesehatan reproduksi.
terdapat hak-hak reproduksi, yaitu:
1. hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2. hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3. hak kebebasan berpikir dan membuat keputusan tentang kesehatan reproduksi
4. hak memutuskan jumlah dan jarak kelahiran anak
5. hak hidup dan bebas dari resiko kematian karena kehamilan, kelahiran atau jender
6. hak atas kebebasan dan keamanan dalam pelayanan kesehatan reproduksi
7. hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk yang menyangkut kesehatan reproduksi
8. hak mendapat manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan reproduksi
9. hak atas kerahasiaan pribadi dalam menjalankan kehidupan reproduksi
10. hak membangun dan merencanakan keluarga
11. hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang bernuansa kesehatan reproduksi
12. hak atas kebebasan dari segala bentuk diskriminasi dalam kesehatan reproduksi.

Rabu, 27 Mei 2009

Kondom Perempuan Versi Baru Siap Diedarkan
Oleh redaksi pada Sen, 05/04/2009 - 12:51.

* Artikel

Kondom bagi perempuan yang lebih murah, lebih banyak pengguna, lebih mudah digunakan (friendly), akan lebih efektif dalam melawan HIV/AIDS dan berbagai penyakit menular seksual lainnya.

Kondom perempuan sebenarnya sudah mulai diperkenalkan sejak 1993, tetapi sampai sekarang masih sekadar digunakan untuk pencegahan kehamilan. Kondom perempuan itu belum dikampanyekan untuk pencegahan HIV/AIDS dan PMS, sehingga tingkat penggunaannya juga masih sangat sedikit.

Situasi itu tampaknya akan segera berubah, menyusul disetujuinya kondom perempuan versi baru produksi Female Health Co, bulan lalu oleh FDA. Kondom perempuan versi baru itu menggunakan bahan yang disebut FC2.

Sekitar 35 juta kondom perempuan didistribusikan ke seluruh dunia tahun lalu, tetapi jumlah itu sangat sedikit jika dibandingkan lebih dari 10 juta kondom pria. Pertama memang harga kondom pria masih lebih murah. Cara menggunakannya juga lebih mudah. Persoalannya, banyak pria di negara-negara yang berisiko HIV/AIDS tinggi justru menolak penggunaan kondom.

Meski keduanya mempunyai sifat yang sama, yakni lembut, transparan, FC2 terbuat dari karet sintetis, bukan polyurethane. Dengan bahan karet sintetis itu, biaya produksi FC2 menjadi lebih murah.

Mantan Presiden Female Health Co, Mary Ann Leeper, yang sekarang menjadi penasihat strategi menyatakan, FC2 juga tidak menimbulkan suara berisik ketika dipakai. Perlu diketahui, bahwa keluhan terhadap suara berisik itulah yang menyebabkan kondom perempuan versi lama kurang diterima kaum perempuan itu sendiri.

Dengan biaya produksi yang hanya sepertiga dari versi sebelumnya, FC2 diharapkan bisa terdistribusi jauh lebih banyak dibandingkan sekarang. Untuk saat ini, harga kondom perempuan sekitar 60 sen dollar AS, jauh lebih mahal dibandingkan kondom pria yang 4 sen.

Bagaimana dengan FC2? Kondom perempuan versi baru itu dikatakan telah diterima berbagai organisasi internasional. Female Health Co tahun lalu bahkan sudah menjual ke seluruh dunia sebanyak 14 juta.
sumber: kompas.com
»

* Silahkan Login atau daftar untuk memberi komentar
* Email this Pencegahan ISR dan HIV/AIDS

kanker servikz

Waspada Pembunuh Nomor 1 Wanita Indonesia
Oleh redaksi pada Sen, 05/04/2009 - 11:43.

* Artikel

Di dunia, setiap 2 menit, seorang wanita meninggal akibat kanker serviks, di Indonesia, setiap 1 jam (Ferlay J et al. Globocan 2002. IARC 2004). Sementara ketidaktahuan para wanita akan ancaman kanker serviks juga turut membantu banyaknya wanita yang meninggal akibat penyakit ini.

Menurut survei yang melibatkan 5.423 wanita Asia dan dilakukan pada 9 negara, termasuk Indonesia, terbukti hanya 2 persen wanita yang mengetahui bahwa infeksi HPV merupakan penyebab kanker serviks. Jadi pengetahuan perempuan mengenai penyebab kanker serviks masih sangat minim.

Dr. Laila Nuranna, dr, SpOG(K), Kepala Divisi Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri–Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia–RSCM mengatakan, masyarakat awam yang sering ia temui masih belum memahami perbedaan kanker pada leher rahim dan kanker rahim.

Perlu diketahui pula, bahwa setelah tes kanker pada leher rahim, belum tentu seseorang itu terbebas dari kista atau myom. Adapun perbedaan dari kanker leher rahim dan kanker badan rahim adalah;

Kanker Leher Rahim (serviks)

* Berada di bagian depan rahim
* Keluhan: Perdarahan, keputihan, nyeri panggul
* Bisa ditularkan pada mereka yang sudah aktif secara seksual
* Tidak berdasarkan keturunan, tapi karena virus HPV (Human Papilloma Virus)
* Bisa dideteksi dengan tes PAP (PAP Smear) dan tes IVA
* Vaksinasi HPV

Kanker Badan Rahim

* Keluhan: Perdarahan
* Biasanya terjadi pada wanita di atas usia menopause
* Bisa terjadi pada keturunan
* Dideteksi dengan USG
* Tak ada vaksinasi untuk mencegah penyakit ini

Dijelaskan lebih lanjut oleh Laila, terdapat sekitar 200 tipe HPV yang sudah teridentifikasi, dan terdapat 100 tipe HPV yang dapat menginfeksi manusia. Dari jumlah tersebut, 30 tipe HPV bertarget ke organ kelamin. Sebanyak 15 tipe tergolong onkogenik atau dapat menyebakan kanker serviks.

Seperti dilaporkan oleh Bosch, pada tahun 2002 ditemukan bahwa HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan kanker serviks sebanyak 70 persen. Tipe onkogenik lainnya yaitu tipe 45, 31, 33, 52, dan lain-lain. Tipe low-risk (yang tidak menyebabkan kanker dan hanya menyebabkan kutil kelamin yang jinak) adalah tipe 6, 11, 42,43, 44.

Adapun faktor-faktor risiko yang meningkatkan seorang wanita terkena kanker serviks adalah;

* Wanita yang menikah muda (di bawah 20 tahun)
* Memiliki partner seksual lebih dari satu
* Infeksi menular seksual
* Merokok
* Defisiensi vitamin A, C, dan E.

Namun, ini tak menutup kemungkinan penularan terjadi pada wanita yang melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan saja, masih terdapat faktor-faktor lain yang bisa menularkan virus HPV. Antara lain jika kita duduk di toilet umum yang sebelumnya diduduki oleh penderita kanker serviks.

Oleh sebab itu, Dr. Laila menyatakan bahwa adalah lebih aman untuk buang air di toilet jongkok. Sementara pada pria, HPV bisa menyebabkan kanker mulut, kutil kelamin, kanker penis, dan dubur.

Kebanyakan infeksi HPV berlangsung tanpa gejala, sehingga kebanyakan wanita tak akan menyadari dirinya sedang terinfeksi HPV. Adapun gejala kanker leher rahim adalah;

* Perdarahan pervaginaan (namun tak berarti seorang wanita yang mengalami perdarahan terkena kanker leher rahim)
* Keputihan bercampur darah dan berbau
* Nyeri panggul
* Tidak dapat buang air kecil

Maka adanya deteksi sejak dini amatlah penting. Jika kanker serviks ditemukan dalam tahap pra kanker, maka masih terdapat potensi untuk kesembuhan. Tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kanker serviks adalah dengan melakukan tes Pap (mengambil lendir dari serviks untuk dites di laboratorium), tes HPV-DNA (tes biomolekuler), Kolposkopi (alat pemeriksaan berupa teropong), dan tes IVA (tes menggunakan asam asetat 3-5 persen, murah dan bisa dilakukan dengan tenaga kesehatan siapa pun yang terlatih).

Berdasarkan penelitian, terbukti bahwa vaksin yang menargetkan HPV tipe 16 dan 18 berpotensi mencegah lebih dari 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

Diterangkannya, sesuai panduan perhimpunan dokter ahli onkologi Indonesia, vaksin HPV ditujukan untuk perempuan usia 10 tahun sampai dengan 55 tahun, dengan jadwal pemberian 3 dosis, yaitu bulan ke-0, bulan ke-1, dan bulan ke-6. Saat ini harga vaksinasi berkisar antara Rp 600.000 ke atas.

HPV sangat mudah ditularkan. Penularannya tidak harus melalui hubungan seks melainkan dapat hanya melalui kontak kulit kelamin. Kondom memang dapat mengurangi risiko penularan HPV tetapi tidak memberikan perlindungan 100 persen terhadap infeksi HPV. Sehingga setiap perempuan tetap berisiko terkena infeksi HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.

Kamis, 21 Mei 2009

artikel kerend

Dampak Pubertas dan Menstruasi pada Kesehatan Gigi
Oleh Julie pada Sel, 12/11/2007 - 12:08.
• Artikel
Peningkatan produksi hormon seks pada saat pubertas umumnya akan menyisakan keadaan yang konstan bagi kehidupan reproduksi seorang perempuan. Masa pubertas pada perempuan ditandai dengan dimulainya siklus menstruasi. Peningkatan hormon seks memicu pelebaran pembuluh darah kecil pada gusi. Pelebaran darah tersebut dapat dilihat dengan adanya gusi yang memerah, perdarahan pada radang gusi, dan bengkak.
Mikroba pada fase di atas berubaha dari flora mikroba yang “menyehatkan” menjadi mikroba yang bersifat destruktif atau bersifat pathogen. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan kadar hormon dalam darah dimana bakteri patogen dapat menggunakannya untuk terus tumbuh dan bertambah banyak (berproliferasi). Keberadaan plak dan karang pada gigi juga akan semakin memperburuk kondisi di atas.
Hal ini semakin menguatkan akan pentingnya penanaman kebiasaan kesehatan gigi di usia dini, serta melakukan pemeriksaan dan pembersihan gigi secara rutin. Kecenderungan kasus peradangan dan gigi yang bengkak dihubungkan pada masa pubertas dan akan semakin menurun ketika sudah usia lanjut.
Namun demikian, perempuan mengalami peradangan menjelang datangnya masa menstruasi. Munculnya gusi merah, bengkak, perih pada gusi.dan luka pada mulut menjadi tanda yang biasa. Tanda-tanda peradangan akan menghilang seiring dengan datangnya periode menstruasi. Oleh karena itu, higienitas mulut yang tidak adekuat dapat meningkatkan keparahan gangguan mulut yang menyebabkan rasa tak nyaman.



Sepuluh Penyebab Perdarahan Berat Saat Haid
Oleh Julie pada Sel, 12/11/2007 - 16:18.
• Artikel
Sebagian perempuan mungkin pernah mengalami dan merasakan perdarahan yang berat saat haid. Terkadang kita sering berpikir apakah perdarahan tersebut termasuk normal atau tidak (perdarahan berat saat haid/ menorrhagia).
Lalu bagaimana cara kita tahu perdarahan yang kita alami termasuk tidak normal? Cara termudah adalah dengan mencatat seberapa sering kita mengganti pembalut atau tampon. Seseorang didiagnosa menderita menorrhagia (perdarahan berat saat haid), jika selama haid, harus sering mangganti pembalut lebih dari 1-2 jam sekali, atau jika selama seminggu penuh kita mengalami perdarahan yang banyak.
Sepuluh penyebab teratas perdarahan berat saat haid (menorrhagia):
1. Ketidakseimbangan hormon saat remaja atau menjelang masa menopause merupakan penyebab yang terbanyak . Pada saat remaja setelah datangnya haid untuk pertama kalinya, dan beberapa tahun sebelum datangnya menopause, kadar hormon mengalami proses fluktuasi yang bisa berakibat perdarahan berat. Oleh karena itu, seringkali untuk menangani menorrhagia akibat ketidakseimbangan hormon melalui pemberian pil KB atau hormon lain.
2. Tumor fibroid pada rahim. Perlu diketahui bahwa tumor fibroid bersifat tumor jinak dan biasanya terjadi di usia 30an atau 40an tahunan. Hingga kini penyebabnya belum jelas. Beberapa operasi tersedia untuk mengatasi tumor fibroid mulai dari myomectomy, endometrial ablation, uterine artery embalization, dan terapi balon rahim seperti juga hysterectomy. Pengobatan non-operasi menggunakan agonists gonadotropin releasing hormone (GnRH), kontrasepsi oral, hormon androgen, RU486 atau mifepristone salah satu jenis pil aborsi, dan gestrinon. Agonist GnRH adalah obat yang bekerja melawan GnRH pada otak. Sedangkan beberapa perempuan mengaku pengobatan alami lebih efektif. Jika masa menopause muncul, tumor biasanya ukurannya mengecil dan menghilang meski dengan tanpa pengobatan.
3. Polip serviks. Polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks. Penyebabnya belum jelas, namun seringkali akibat infeksi dan dikaitkan dengan respon abnormal terhadap meningkatnya kadar estrogen atau terhalangnya pembuluh darah kecil pada serviks. Sebagian besar perempuan yang menderita polip serviks adalah yang berusia 20 tahun dan telah memiliki anak. Biasanya diobati dengan pengobatan rawat jalan.
4. Polip endometrium. Dia bukan kanker, tumbuh dan menonjol dipermukaan rahim. Penyebab belum jelas, walaupun demikian keberadaannya sering dihubungkan dengan kelebihan kadar estrogen atau beberapa tipe tumor ovarium. Pengobatan dilakukan dengan hysteroscopy dan D&C. Dengan pemeriksaan laboratorium patologi maka akan diketahui status polip, apakah mengarah ke kanker atau tidak.
5. Penyakit Lupus. Lupus adalah peradangan kronis pada beberapa bagian tubuh, khususnya kulit, tulang sendi, darah dan ginjal dan termasuk penyakit autoimun. Para penderita Lupus diyakini mempunyai kecenderungan genetik Lupus. ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan, infeksi, antibiotik (Sulfa dan Penicillin), sinar UV, stres yang berat, hormon dan obat-obatan memicu munculnya gejala Lupus. Gejala-gejala antar pasien satu dan yang lain bervariasi, pengobatan dilakukan melalui mengindari stres berat hingga pengobatan non-steroid anti peradangan atau NSAIDS, asetaminofen, steroids, antimalarial sytoksik atau obat immunosuppressif, dan antikoagulan.
6. Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah infeksi satu atau lebih organ yang berakibat pada rahim, tuba falopi, dan serviks. PRP sering disebabkan oleh infeksi menular seksual. Pengobatan PRP yang dianjurkan yaitu dengan terapi antibiotic.
7. Kanker serviks. Muncul ketika sel-sel pada serviks berkembang abnormal dan jumlahnya tidak terkendali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang sehat. Hampir lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi dan terapi dengan radiasi.
8. Kanker endometrium. Perempuan yang divonis kanker endometrium, umumnya berusia lebih dari 50 tahun, pernah mengalami hyperplasia pada endometrium, atau sering menggunakan terapi penggantian hormon (hormone replacement therapy). Pengobatan pertama dilakukan melalui pengangkatan rahim (hysterectomy), jika memungkinkan dengan kemoterapi atau radiasi.
9. Intrauterine devices (IUD). Perempuan yang menggunakan IUD berisiko mengalami perdarahan saat haid. Bila hal ini terjadi segera ganti IUD dengan metode kontrasepsi yang lain yang sesuai.
10. Gangguan perdarahan. Jika perdarahan yang timbul sulit untuk dihentikan. Jenis paling umum penyebab gangguan perdarahan von Willebrand Disease (VWD).



Strategi Memperluas Pendekatan Inovatif pada Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Asia
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:15.
• Artikel
Pendahuluan
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan:
• Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja1. Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-292.
• Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa 40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat mereka berumur 20 tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.
• Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
• Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
• Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.
Menanggapi hal itu, program aksi ICPD (alinea 7.41 sampai 7.48; lihat hal ix- xi) menyarankan bahwa respon masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan reproduksi remaja haruslah berdasarkan informasi yang membantu mereka menjadi dewasa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Walaupun telah diketahui secara luas kewajiban untuk memenuhi kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi remaja, tetap saja pelayanannya tertinggal jauh. Sebelumnya, telah ada proyek inovatif skala kecil, namun sangat sedikit usaha yang diambil untuk memperluasnya. Sebagai hasilnya, proyek skala kecil ini tidak memproduksi pola program yang dapat diterima secara luas untuk kesehatan reproduksi remaja. Pada saat bersamaan, ada keterbatasan pengalaman baik untuk manajemen program maupun implikasi terhadap sumber daya. Sehingga aksi proaktif dibutuhkan untuk memperluas inovasi ini dengan mulus dan cost-effective.

Strategi untuk Pembenahan

Secara umum, proses untuk memperluas inovasi baru melalui tiga fase: inovasi, demonstrasi dalam latar program yang realistis dan ekspansi yang luas
Selama fase inovasi, efektivitas merupakan masalah utama. Pertanyaan kunci yang harus djawab adalah --apakah tujuan itu dapat dicapai dan bagaimana? Efikasi program intervensi diidentifikasi melalui proses percobaan. Inovasi mungkin terjadi di banyak negara dan dilaksanakan di banyak organisasi dalam sebuah negara.
Sehingga, sangat bermanfaat untuk dokumentasi sebuah inovasi yang menjanjikan dan menyebarluaskan pengalaman dan pelajaran yang didapat.

Efisiensi menjadi masalah utama selama fase demonstrasi. Inovasi dilakukan untuk melihat apakah mereka dapat disederhanakan dan jika ada kegiatan yang tidak perlu atau tidak efektif dapat dihilangkan. Sehingga inovasi yang terencana ini dilakukan dalam latar program yang realistis untuk evaluasi dampak dan identifikasi kegiatan yang dibutuhkan jika intervensi akan dilakukan dengan lebih luas.

Pada akhirnya, akan dikembangkan strategi perluasan. Bagaimana untuk memperluas dengan mempertahankan efektivitas dan efisiensi dari pengalaman yang didemonstrasikan menjadi fokus utama selama fase ini. Banyak manajer di tingkat menengah dan bawah butuh dilatih sebelum program intervensi dapat dilaksanakan dengan skala luas.




Dipandu dengan proses di atas, strategi ICOMP terdiri dari:




1. Dokumentasi program kesehatan seksual dan reproduksi remaja yang inovatif dan berhasil;
2. Diseminasi temuan dari hasil tersebut;
3. Lokakarya regional dan nasional untuk penyebaran yang lebih merata dari hasil dokumentasi dan advokasi kesehatan seksual dan reproduksi remaja;
4. Jejaring (networking). Pembentukan jejaring untuk berbagi informasi dan keahlian serta pemberdayaan pada remaja yang aktif di bidang kesehatan seksual dan reproduksi;
5. Pelatihan pada pelatih dan manajer, pengembangan kurikulum pelatihan, pelatihan petugas kesehatan dan konselor bekerja sama dengan lembaga ahli.
6. Menjalin hubungan (linkages). Bekerja sama dengan LSM, donor dan pakar untuk memberikan bantuan kepada organisasi dan pemerintah diharapkan mampu memperluas proyek inovatif.
Dengan dukungan SIDA, ICOMP memulai dengan identifikasi dan dokumentasi dari lima pendekatan inovatif pada kesehatan reproduksi remaja di Asia; India, Malaysia, Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Dokumentasi meliputi tiga hal: (1) pelayanan; (2) kebutuhan manajerial; dan (3) biaya.
Sebagai tindak lanjut dari proses dokumentasi, sebuah lokakarya regional dengan dukungan SIDA, mengenai Pendekatan Inovatif dalam Program Kesehatan Reproduksi Remaja diadakan pada bulan Juni 1995. Lokakarya itu dihadiri oleh para inovator, manajer program, LSM, badan pemerintah dan internasional.




Pendidikan Kesehatan seksual dan reproduksi (Sri Lanka)
Dengan dukungan dan kerjasama dari pihak sekolah, Asosiasi Keluarga Berencana Sri Lanka (Family Planning Association of Sri Lanka/FPASL) mampu memberikan topik pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi ke sekolah di Sri Lanka, lalu mencakup hampir 200.000 anak sekolah usia 14-18 tahun dengan informasi mengenai fisiologi, reproduksi, dan penyakit. Tujuan utama dari pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja dalam mendapatkan pengetahuan mengenai reproduksi, seksualitas, dan PMS termasuk HIV/AIDS.
Proyek ini merupakan program yang berbasis di sekolah di mana guru yang terlatih mengadakan sesi selama 3 jam pada topik yang berhubungan dengan kesehatan seksual dan reproduksi remaja menggunakan materi audio-visual yang beragam. Guru perempuan dengan pengalaman mengajar bidang sains dipilih sebagai guru proyek. Sebelum proyek berjalan, mereka menghadiri pelatihan 6 bulan dan mengembangkan materi KIE untuk digunakan dalam proyek. Kepala proyek membantu guru yang terlibat proyek yang bertanggung jawab untuk masalah administrasi dan mengatur semua keperluan organisasi untuk kelas mengajar. Mereka juga dilatih dalam program pelatihan 6 minggu.

Pencegahan AIDS melalui Pendidikan Nasional dan Konseling Informal: Menjangkau Remaja Bekerja di Pabrik (Thailand)

Walaupun Thailand mempunyai banyak pengalaman di bidang pencegahan HIV/AIDS, perhatian difokuskan untuk mengatasi peningkatan kejadian infeksi HIV pada remaja pekerja pabrik. Proyek itu merupakan upaya pertama untuk menjangkau kelompok remaja.
Ada tiga kegiatan utama dari proyek: (1) Pengembangan materi pelatihan dan pendidikan untuk kelompok sasaran; (2) pelatihan pelatih; dan (3) pelatihan manajer atau pemilik pabrik dan remaja pekerja pabrik.
Proyek ini menyadari bahwa memiliki pengertian yang menyeluruh dari kesehatan reproduksi dapat memperkuat pemahaman mereka mengenai HIV/AIDS dan pencegahannya, sehingga membuat proyek pencegahan HIV/AIDS lebih efektif. Untuk itulah, proyek akan mengadopsi pendekatan kesehatan reproduksi pada fase kedua dari pelaksanaan proyek. Pada saat bersamaan, akan ditekankan pada keterampilan pencegahan.

Young Inspirers (YI): Menjadikan Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sebuah Isu Pada Remaja (India)

Nilai agama dan budaya sangat kuat mengakar di Lucknow, India. Dalam lingkungan inilah sekelompok remaja memberikan informasi dan konseling mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja. Sejak 1993, Young Inspirers (YI) telah membangkitkan partisipasi remaja melalui pendekatan partisipatoris dalam implementasi program. Remaja dapat menyampaikan minat mereka dan menyarankan cara mengatasi masalah. Mereka yang dijangkau oleh YI didorong untuk menyebarkan pesan ke keluarga dan teman mereka lalu menciptakan efek berulang.

Youth Advisory Centre (Malaysia)
Pusat Penasehat Remaja (Youth Advisory Centre/YAC) telah menyediakan ruang untuk remaja sejak 1979. Remaja yang datang ke YAC memiliki akses informasi, pelayanan (konseling dan keterampilan pelatihan), sebuah perpustakaan dan yang terpenting, seseorang yang mau mendengarkan mereka. YAC menjalankan kegiatan outreach di mana remaja di sekolah dan di luar sekolah terjangkau. Remaja di sekolah dididik mengenai kesehatan, seksualitas, komunikasi dan pemecahan masalah melalui bermain peran dan permainan sangat tenar. Lokakarya di pabrik khusus ditargetkan untuk remaja perempuan. Karena masalah peraturan, YAC tidak menyediakan pelayanan kontrasepsi. Namun demikian, YAC telah mengembangkan rujukan dengan dokter sukarela sehingga remaja memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan itu.


Development and Family Life Education for Youth (Filipina)
Program Pengembangan dan Pendidikan Kehidupan Keluarga Bagi Remaja (Development and Family Life Education for Youth) telah mampu mengumpulkan dukungan untuk kegiatannya karena mereka melaksanakannya dalam kenyataan kontemporer dari perilaku seksual remaja yang sensitif untuk budaya lokal.
Program ini terdiri dari Pusat Remaja yang diatur oleh sukarelawan remaja terlatih. Pusat ini dibuka setiap hari dari pukul 9 pagi sampai sore, dilengkapi dengan fasilitas rekreasi dan perpustakaan mini. Ruangan terpisah disediakan untuk pelayanan konseling dan hotline telepon. Ruang penerimaan dilengkapi dengan fasilitas audio-visual dan permainan dalam ruangan, digunakan untuk focus group discussions, pertemuan dan seminar dan interaksi sosial. Sebagai tambahan pula, kegiatan outreach mencakup peningkatan pendapatan proyek juga dilakukan.



Remaja Merupakan Fokus dari Upaya Pencegahan AIDS
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:25.
• Artikel
Oleh: Alan Mozes
Hampir 12 juta laki-laki dan perempuan di bawah usia 24 tahun positif HIV di seluruh dunia. Dengan peningkatan jumlah setiap harinya, para ahli kesehatan masyarakat terpanggil untuk memfokuskan perhatian sedunia pada generasi AIDS. Remaja merupakan kelompok yang paling rentan secara fisik dan psikis terhadap infeksi.
Pada konferensi pers di Burkina Faso, Afrika, sekelompok peneliti dari USAID dan John Hopkins University (JHU) mengumumkan temuan dari laporan terbaru JHU mengenai AIDS pada remaja.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa AIDS menyebabkan banyak korban pada remaja sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan dukungan politik, keuangan, pendidikan dan sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka.
Karungari Kiragu dari JHU menganggap bahwa sudah terlambat untuk mencegah kematian akibat AIDS yang sedemikian besarnya. Perkiraan ini berdasarkan terbatasnya pilihan, baik untuk penanganan yang mencukupi dan memuaskan di negara berkembang, serta pentingnya mencegah prevalensi yang lebih besar dari perilaku berisiko pada mereka.
Pembicara menekankan bahwa remaja harus menjadi fokus dari semua strategi mendatang yang mengandung informasi penyebaran virus, dengan menekankan bahwa tekanan sebaya, kekurangsadaran dan kebingungan remaja berpengaruh lebih besar dari perilaku berisiko pada generasi ini.
Laporan ini menekankan kebutuhan program pendidikan seks ditujukan khusus untuk remaja di negara berkembang. Tercatat bahwa 95% dari semua infeksi HIV terjadi pada negara miskin dan berkembang, padahal 95% dana pencegahan AIDS telah dihabiskan di negara maju.
Menurut Neil McKee, di Uganda, promosi pendidikan seksual dapat punya efek positif seiring dengan waktu berjalan. Dia memberikan contoh Uganda di mana program pendidikan seks (untuk menggerakkan komunikasi lebih terbuka dan pelayanan kesehatan untuk remaja) dapat memperlambat penyebaran HIV.
JHU mengulang tipe yang sama dari pendekatan ini di beberapa negara dengan keberhasilan di Ghana dan Zambia
Intinya, kata McKee, melakukan tindakan segera secepat mungkin untuk membuat perbedaan besar dalam menghentikan penyebaran AIDS pada remaja. Tindakan yang difokuskan pada remaja mungkin merupakan intervensi paling efektif dari segi biaya (cost-effective) jika mampu membuat perubahan segera di masyarakat.


Paradigma Baru untuk Pengurangan Dampak Buruk Narkoba
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:29.
• Artikel
Pengurangan dampak buruk narkotika dan obat-obatan berbahaya (narkoba) harus dilihat dengan paradigma baru, karena pengguna narkoba sebenarnya juga merupakan korban yang harus ditolong. Di sisi lain harus diketahui bahwa kelompok pengguna narkoba dengan jarum suntik (IDU-Injecting Drug Users) merupakan salah satu faktor penyebab ledakan epidemi HIV/AIDS.
Demikian kesimpulan diskusi panel yang menandai peluncuran buku bertajuk "Dasar Pemikiran Pengurangan Dampak Buruk Narkoba" untuk daerah Bali, yang berlangsung Selasa (8/1) di Denpasar.
Para IDU, untuk mengurangi potensi penularan HIV/AIDS harus sadar untuk berperilaku aman yaitu dengan menggunakan jarum suntik yang steril. Jarum steril didapatkan dengan menggantinya dengan jarum baru atau mensterilkan jarum dengan pemutih pakaian. Karena itu, dibutuhkan pendamping yang tidak hanya mengajarkan perilaku aman, tetapi juga memberikan penyuluhan mengenai dampak buruk narkoba itu sendiri.
Namun, menurut relawan dari Yayasan Hati-Hati, Wayan Juniartha yang menjadi salah satu panelis, "Saat ini orang masih memiliki paradigma yang keliru terhadap pengurangan dampak buruk narkoba. Padahal, pengguna narkoba dengan suntikan yang terinfeksi HIV/AIDS meningkat sekitar 30 persen dalam lima bulan." Data dalam buku itu menunjukkan kenaikan terjadi antara Desember 2000-Mei 2001.
Dia mengemukakan, untuk memberantas narkoba harus dilakukan gerakan menyeluruh dengan mengurangi suplai, mengurangi permintaan, dan mengurangi dampak buruk. Dari tiga hal tersebut, soal mengurangi dampak buruk masih kurang mendapat perhatian, karena umumnya masyarakat ber-pandangan pengguna menderita akibat kesalahannya sendiri.
Selain itu gerakan memberantas narkoba juga membutuhkan keputusan politik yang tegas dari pemerintah. "Seperti negara Amerika serikat (AS), mereka berani mengeluarkan dana banyak termasuk untuk menangkap gembong narkoba di Kolombia," ujar Ketua Kerti Praja Dewa N Wirawan MD MPH. Tahun 1999, menurut data dalam buku tersebut, AS mengeluarkan dana sebesar 17 milyar dollar AS tahun 1999, meningkat dari 5 milyar dollar AS pada tahun 1988.
Tentangan

Konsultan HIV/AIDS di Yayasan Spiritia, Chris W Green mengungkapkan, kendala terbesar dalam mengkampanyekan gerakan pengurangan dampak buruk narkoba berkaitan dengan penyebaran HIV/AIDS, adalah kekhawatiran pemerintah akan adanya kelompok tertentu yang menentang.
"Sebenarnya Departemen Kesehatan dalam hal ini menterinya, sudah amat mendorong pengurangan dampak buruk narkoba ini. Namun, masih dicari cara agar tidak mendapatkan tentangan keras di masyarakat," ujar Green.
Persoalan IDU dengan HIV/ AIDS ini amat sulit dideteksi karena pengguna narkoba sendiri juga sulit diketahui. "Jika diasumsikan sekitar 1.365.000 orang pecandu narkoba, diperkirakan 60 persen IDU. Dari jumlah itu 70 persennya menggunakan jarum suntik bergantian sehingga ada sekitar 15 persen yang terinfeksi HIV/AIDS. Ini berarti ada sekitar 64.500 orang pecandu narkoba yang mengidap HIV/AIDS," ujar Green.
Di lapangan, menurut Ketua Yayasan Hati-Hati, Yacintha, memang ada kelompok yang tidak suka dengan kegiatan mereka. "Kami disangka mengajarkan mengonsumsi narkoba. Selain itu juga ada kekhawatiran kalau ada operasi polisi. Pernah anggota kami kena tangkap," ujarnya. (isw)
sumber: Kompas Cyber Media (http://www.kompas.co.id/




Budaya Populer Pengaruhi Pola Pikir Remaja soal Seks
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:35.
• Artikel
Pada akhirnya remaja mengakui bahwa orangtua mereka berpengaruh dalam membentuk pemikiran mereka soal seks. Sikap orangtua berpengaruh bagi mereka terutama dalam penentuan sikap sang remaja. Pengakuan tersebut merupakan hasil survei yang baru-baru ini dilakukan terhadap remaja Amerika yang tinggal di Washington.
"Saat anak-anak mulai berangkat remaja dan keinginan seks datang, banyak orangtua merasa kehilangan anak-anaknya karena mereka sulit untuk dijauhkan dari budaya populer yang lebih mudah menjangkau mereka. Tetapi survei yang dilakukan petugas Kampanye Nasional untuk Pencegahan Kehamilan pada Remaja justru bertolak belakang," demikian aku petugas tersebut dalam laporan mereka.
Walau para remaja mengakui pengaruh teman masih sedemikian kuat juga. Para gadis mengakui tekanan dari pasangan mereka masih kuat. Sedangkan remaja pria mengakui teman masih merupakan unsur dominan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama kampanye tersebut ada hasil mengejutkan, bahwa untuk urusan skes ini remaja masih banyak mendapat pengaruh dari orangtua sebesar 38 persen. Dan sebagian lagi sekitar 32 persen mengaku mendapat pengaruh dari teman untuk memutuskan segala sesuatu.
Sementara itu sekitar 50 persen orangtua justru menganggap remaja mereka mudah terpengaruh untuk melakukan hubungan seks pertama kali dari teman-temannya.
Para remaja mengakui teman memang sangat berpengaruh dalam menentukan pola pikir dan sikap mereka. Sekitar 94 persen mengakui, pengaruh teman setidaknya berperan dalam dalam hal cara berpikir untuk melakukan hubungan seks
Tetapi tekanan pengaruh yang diterima remaja pria dan wanita berbeda. Sekitar 37 persen remaja wanita mengaku sering mendapat tekanan dari pasangannya. Sementara 45 persen remaja pria mendapat pengaruh dari teman-temannya, hanya sekitar 19 persen yang mengaku mendapat pengaruh dari pasangannya.
"Karena itu hal yang paling diprioritaskan adalah melakukan penyuluhan terhadap remaja pria. Saat ini masih ada pendapat keliru bahwa kehamilan remaja hanya merupakan problem remaja wanita. Padahal kehamilan itu terjadi karena peran pasangannya," ujar Bill Albert salah satu petugas kampanye untuk mencegah kehamilan remaja.
Berkat kampanye yang sering dilakukan setiap tahun, maka angka kelahiran dari remaja wanita turun sampai 20 persen sejak tahun 1991. Berkat penyuluhan yang sering dilakukan petugas, didapat hasil cukup memuaskan bahwa remaja dan dewasa muda semakin takut berhubungan seks dengan alasan terkena AIDS atau penyakit menular seksual lainnya.
Survei juga menemukan suatu bukti baru yang cukup memuaskan. Bahwa sebagian besar remaja dan dewasa muda berpikir bahwa sebaiknya remaja menunda waktu hubungan seks pertama mereka hingga saat yang tepat.
"Argumen seru yang terjadi di kalangan muda akan menjadi strategi yang efektif dengan disertai tindakan upaya pencegahan dan kampanye pemakaian alat kontrasepsi."
Secara spesifik, sekitar 73 persen orang dewasa dan 56 persen remaja mengakui remaja sebaiknya tidak melakukan hubungan seks. Tetapi jika pun mereka sudah mengakuinya, harus mendapat akses dan aktif dilibatkan dalam program keluarga berencana.
Sementara itu 50 persen orang dewasa dan 18 persen remaja mengatakan harus ada tindakan tegas bagi remaja yang nekat melakukan hubungan seks secara bebas. Sedangkan sekitar 12 persen orang dewasa dan 25 persen remaja terlihat lebih liberal. Mereka mengatakan remaja boleh melakukan kehendak mereka soal hubungan seks sepanjang akses untuk memperoleh layanan kesehatan juga terbuka lebar bagi mereka.
Pendukung program keluarga berencana sebesar 24 persen remaja dan 28 persen orang dewasa, mengatakan optimistis berbagai penyuluhan bisa mencegah tindakan remaja untuk berbuat nekat.
Survei di atas dilakukan petugas kampanye di Washington sejak Januari sampai Februari 2001 terhadap 1.002 remaja usia 12 sampai 19 tahun dan 1.024 orang dewasa. Menurut petugas, tingkat kesalahan terhadap survei itu hanya sekitar 3 persen.



Mengapa Gadis Kota Melakukan Seks Pra Nikah?
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 10:45.
• Artikel
Lumrahkah gadis kota melakukan seks pra nikah? Kabarnya, gadis-gadis tersebut memang suka dengan seks. Akibatnya risiko PMS tertinggi diderita mereka. Penemuan terbaru Dr Jan E. Paradise dari Boston University School of Medicine, Massachussetts, pada risetnya yang terbaru. Seperti yang diungkapkannya pada Reuters Health, Paradise mengetahui kenyataan ini saat meneliti tentang bagaimana mengedukasi para remaja yang aktif secara seksual untuk mengurangi risiko tertular PMS (Penyakit Menular Seksual).
Bukan tanpa alasan wanita doktor ini meneliti hal itu. Pasalnya, risiko PMS paling tinggi ternyata diderita oleh generasi berusia 15-30 tahun. Bersama rekan-rekan sekerja, Paradise membagikan kuesioner kepada 197 remaja berusia 14 tahun ke atas yang sedang mengunjungi klinik remaja di daerah urban. Cewek-cewek itu ditanyai berbagai pertanyaan, termasuk di antaranya kegiatan seksual mereka serta apa saja yang memotivasi mereka untuk berhubungan intim. Hasil riset ini, lantas dipublikasikan di Journal of Adolescent Health.
Ada juga yang masih perawan
Yang melegakan, rupanya tak semua gadis remaja itu pernah melakukan hubungan intim. Empat puluh dari mereka mengatakan bahwa mereka masih 'tingting' alias perawan. Lalu, 25 orang lagi bilang bahwa mereka sebenarnya sudah tidak perawan, tapi sudah tiga bulan terakhir ini tidak melakukan hubungan intim. Tapi, mayoritas responden, atau 132 orang, terus terang mengungkapkan bahwa mereka adalah pelaku aktif seksual.
Seperti yang telah disebutkan di atas, alasan para gadis belia itu untuk berseks-ria adalah karena suka atau cinta pada pasangannya. Sementara itu, sepertiga dari responden yang pernah melakukan hubungan seksual mengaku bahwa mereka bersanggama karena menyukai seks itu sendiri.
Tapi, apakah alasan mereka yang masih perawan atau sedang tidak aktif secara seksual dalam menghindari hubungan intim? Sungguh tak dinyana, alasannya ternyata didasari oleh kepercayaan pribadi mereka sendiri. Misalnya, yang perawan dan bukan pelaku aktif seksual menyebutkan bahwa tiga alasan utama mereka adalah 'bukan hal yang benar bagi saya sekarang' (perawan=82%, bukan pelaku aktif=50%), 'menunggu sampai saya lebih dewasa' (69% vs 8%), dan 'menunggu sampai saya menikah' (67% vs 38%). Selain itu, 23% perawan dan 13% bukan pelaku aktif menyatakan bahwa 'hal itu bertentangan dengan agama saya' sebagai alasan mereka tidak melakukan hubungan intim.
Bandingkan pernyataan itu dengan dua alasan terbesar teman-teman sebaya mereka yang giat melakukan hubungan intim, yaitu 'Habis, saya suka/cinta dia, sih' (86%) dan 'Habis, saya emang suka bersenggama'.
Paradise sendiri mengharapkan, hasil penelitian ini akan memudahkan pengembangan pendidikan seks bagi remaja - terutama dalam upaya mencegah PMS. Oleh sebab itu, edukasi tentang 'penggunaan kondom' dan 'membatasi jumlah pria yang menjadi pasangan seks' mutlak diperlukan.
"Usaha-usaha untuk berbicara dengan mereka agar tahu waktu yang tepat untuk berhubungan intim dan apa maknanya suatu hubungan yang serius serta komit, mungkin bisa jadi strategi yang menolong," kata Paradise lagi.


Mengkhawatirkan, Perilaku Seks Anak Rantau
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 11:05.
• Artikel
Mengkhawatirkan dan menakutkan. Dua kata ini agaknya tepat untuk menggambarkan perilaku seks anak rantau (imigran), khusunya para TKI yang mengais ringgit di Malaysia. Ditengarai, karena jenuh dan kesepian, mereka berani 'menyelundupkan' perempuan nakal ke perkampungan.
Para TKI yang rata-rata berusia antara 20-35 tahun umumnya tak menyadari ada bahaya mengintip di balik perilaku seks mereka. Banyak di antara mereka yang berangkat sebagai TKI hanya beberapa minggu setelah menikah. Ini terutama terjadi pada pasangan yang sebelum menikah belum bekerja. Dorongan seksual yang terpendam itu akhirnya tak tertahankan lagi setelah berbulan-bulan bekerja di perkebunan yang jauh dari keramaian dan sepi.
Harus diakui, kegiatan migrasi dengan bekerja sebagai TKI memberikan sumbangan besar bagi pendapatan keluarga di kampung halaman. Sebuah penelitian di Lombok mengungkapkan, pendapatan (remitan) dari bekerja sebagai TKI di Malaysia memberikan kontribusi 57,02 % terhadap pendapatan keluarga.
Pada sisi lain, bekerja sebagai TKI ke Malaysia membawa konsekuensi yang cukup berat, yakni berpisah dengan keluarga dalam waktu yang cukup lama. Maklum saja, mereka hanya menjenguk keluarganya hanya sekali dalam 1 atau 2 tahun. Kehidupan TKI yang terpisah dengan keluarganya dalam jangka waktu yang cukup lama ini akhirnya menimbulkan perilaku negatif selama mereka bekerja di Malaysia.
Keletihan mereka bekerja di perkebunan, kebosanan, dan kesepian selama di perantauan diobati dengan datangnya para pelacur dari kota. Seperti dikutip Yayasan Pelita Ilmu, beberapa TKI di Malaysia mengakui bahwa setiap minggu sejumlah pelacur di datangkan ke perkebunan-perkebunan tempat mereka bekerja. Sebagian dari rekan mereka tidak bisa menahan diri dan inilah salah satu sebab mereka tidak dapat mengirim uang kepada keluarganya karena pendapatannya habis untuk melacur.
Perilaku seksual seperti ini selama di Malaysia tentu akan membuatnya rentan terhadap penularan berbagai penyakit menular seksual (PMS) dan HIV. Pendidikan mereka yang rata-rata rendah juga makin memperbesar resiko ini. Pengetahuan mereka tentang PMS dan HIV/AIDS sangat terbatas.
Dampak selanjutnya yang lebih membahayakan adalah bila para TKI yang telah tertular atau membawa PHS dan virus lainnya ini pulang menjenguk keluarganya di daerah asal. Mereka bisa menularkan PMS, virus HIV, atau penyakit alat reproduksi lainnya terhadap istri mereka. Juga bila mereka pulang dan kemudian kawin lagi dengan perempuan di daerah asal, tentu akan mempunyai risiko tinggi untuk menularkan kepada pasangannya.
Mengingat besarnya arus pekerja migran ke Malaysia dari tahun ke tahun dan dengan kondisi lingkungan kerja yang rawan terhadap mereka untuk tertular berbagai PHS dan HIV/AIDS diperlukan berbagai langkah awal untuk mengantisipasi permasalahan tersebut. Untuk itu, sebagai langkah awal diperlukan suatu kajian terhadap perilaku seksual pekerja migran selama mereka bekerja di Malaysia.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pendidikan pekerja migran (TKI), problem yang mendasar adalah bagaimana meningkatkan pengatahuan mereka mengenai PMS, HIV/AIDS, gejala-gejalanya, penyebabnya, dan cara penularannya. Hal ini penting untuk dikaji karena perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan tentang penyakit itu.
Dalam berhubungan dengan para pelacur. Sebagian besar dari mereka sama sekali tidak terpikir tentang akibat yang bisa di timbulkan. Tindakan pencegahan penyakit hubungan seksual dan HIV/AIDS juga tidak pernah terpikir oleh mereka sehingga dalam melakukan hubungan seksual, hampir semua TKI tidak pernah menggunakan kondom.
Yayasan Pelita Ilmu menyimpulkan, perlu dilakukan langkah-langkah strategis seperti pelatihan, penyuluhan, pendidikan atau berbagai bentuk kegiatan lainnya untuk peningkatan pengetahuan TKI tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual yang sehat. Ini harus menjadi prioritas karena calon TKI dan TKI yang sudah bekerja termasuk golongan berisiko tinggi penularan PMS dan HIV/ AIDS.
Dalam mempersiapkan pekerja migran (TKI) yang akan berangkat ke luar negeri, pihak terkait (Depnaker maupun Perusahaan PJTKI) tidak hanya memperhatikan soal teknis seperti keterampilan TKI, tetapi sudah semestinya memperhatikan soal non teknis seperti pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, untuk membentuk kesadaran akan kehidupan seksual yang aman. Sudah mendesak untuk dilakukannya penyusunan suatu materi pokok (sylabus) pendidikan dan pelatihan tentang kesehatan reproduksi dan memasukannya dalam kurikulum pendidikan dan pelatihan bagi calon TKI.
Pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya perlu meninjau kembali berbagai kesepakatan atau kontrak kerja dengan pengguna jasa TKI di luar negeri atau dapat menciptakan kondisi lingkungan kerja dan lingkungan tempat tinggal yang lebih nyaman bagi mereka, seperti kondisi perumahan layak, tersedianya sarana hiburan, sarana peribadatan atau pengembangan kegiatan- kegiatan lainnya yang akan dapat memberikan perasaan nyaman dan kerasan bagi TKI. [hnl]


Seksualitas Remaja Indonesia
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 11:06.
• Artikel
Oleh: Siti Rokhmawati Darwisyah
Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia 15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan pada remaja putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999a:92).
Dari survei yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) (LDFEUI & NFPCB, 1999b:14).
Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi

Remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.
Kebanyak orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain (Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997).
Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks). Hasil pre-test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja (RSAR) di Jakarta Timur (perkotaan) dan Lembang (pedesaan) menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa meiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi, mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks (Iskandar, 1997:3).
Hambatan utama adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah (Iskandar, 1997:1).
Sikap Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi

Responden survei remaja di empat propinsi yang dilakukan pada tahun 1998 memperlihatkan sikap yang sedikit berbeda
dalam memandang hubungan seks di luar nikah. Ada 2,2% responden setuju apabila laki-laki berhubungan seks sebelum
menikah. Angka ini menurun menjadi 1% bila ditanya sikap mereka terhadap perempuan yang berhubungan seks sebelum menikah. Jika hubungan seks dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai, maka responden yang setuju menjadi 8,6%. Jika mereka berencana untuk menikah, responden yang setuju kembali bertambah menjadi 12,5% (LDFEUI & NFPCB, 1999a:96-97).
Sebuah studi yang dilakukan LDFEUI di 13 propinsi di Indonesia (Hatmadji dan Rochani, 1993) menemukan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan mengenai kontrasepsi sudah harus dimiliki sebelum menikah.
Perilaku Seksual Remaja

Survei remaja di empat propinsi kembali melaporkan bahwa ada 2,9% remaja yang telah seksual aktif. Persentase remaja
yang telah mempraktikkan seks pra-nikah terdiri dari 3,4% remaja putra dan 2,3% remaja putri (LDFEUI & NFPCB,
1999:101). Sebuah survei terhadap pelajar SMU di Manado, melaporkan persentase yang lebih tinggi, yaitu 20% pada remaja putra dan 6% pada remaja putri (Utomo, dkk., 1998).
Sebuah studi di Bali menemukan bahwa 4,4% remaja putri di perkotaan telah seksual aktif. Studi di Jawa Barat menemukan perbedaan antara remaja putri di perkotaan dan pedesaan yang telah seksual aktif yaitu berturut-turut 1,3% dan 1,4% (Kristanti & Depkes, 1996: Tabel 8b).
Sebuah studi kualitatif di perkotaan Banjarmasin dan pedesaan Mandiair melaporkan bahwa interval 8-10 tahun adalah
rata-rata jarak antara usia pertama kali berhubungan seks dan usia pada saat menikah pada remaja putra, sedangkan pada remaja putri interval tersebut adalah 4-6 tahun (Saifuddin dkk, 1997:78).
Tentu saja angka-angka tersebut belum tentu menggambarkan kejadian yang sebenarnya, mengingat masalah seksualitas termasuk masalah sensitif sehingga tidak setiap orang bersedia mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila angka sebenarnya jauh lebih besar daripada yang dilaporkan.
Daftar Pustaka

Iskandar, Meiwita B. "Hasil Uji Coba Modul Reproduksi Sehata Anak & Remaja untuk Orang Tua." Makalah pada Lokakarya Penyusunan Rencana Pengembangan Media, diselenggarakan oleh PKBI, Jakarta, 20-21 Mei 1997.
Kristanti, Ch. M dan Depkes. Status Kesehatan Remaja Propinsi Jawa Barat dan Bali: Laporan Penelitian 1995/1996. Jakarta: Depkes-Binkesmas-Binkesga, 1996.
LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999 Book I. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999a.
LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999. Executive Summary and Recommendation Program. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999b.
Rosdiana, D. Pokok-Pokok Pikiran Pendidikan Seks untuk Remaja. Dalam N. Kollman (ed). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1998:9-20.
Saifuddin, A. F., dkk. Perilaku Seksual Remaja di Kota dan di Desa: Kasus Kalimantan Selatan. Depok: Laboratorium Antropologi, FISIP-UI, 1997.
Utomo, B., Haryanto B. Dharmaputra, D. Hartono, R. Makalew, dan J. Moran Mills. Baseline STD/HIV/Risk Behavioral Surveillance 1996: Result from the Cities of North Jakarta, Surabaya, and Manado. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia, the Ministry of Health RI, dan HAPP/Family Health International, 1998.



Tinjauan Umum Kesehatan Reproduksi Remaja
Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 11:08.
• Artikel
Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (FCI, 2000).
Mengapa Kesehatan Reproduksi Remaja Sangat Penting?
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa ini sebagai masa kritis.
Di negera-negara berkembang masa transisi ini berlangsung sangat cepat. Bahkan usia saat berhubungan seks pertama ternyata selalu lebih muda daripada usia ideal menikah (Kiragu, 1995:10, dikutip dari Iskandar, 1997).
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997). Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
Kebutuhan dan jenis risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja mempunyai ciri yang berbeda dari anak-anak ataupun orang dewasa. Jenis risiko kesehatan reproduksi yang harus dihadapi remaja antara lain adalah kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMS), ke-kerasan seksual, serta masalah keterbatasan akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan. Risiko ini dipe-ngaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berhubungan, yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.
Khusus bagi remaja putri, mereka kekurangan informasi dasar mengenai keterampilan menegosiasikan hubungan seksual dengan pasangannya. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dan pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan dan kehamilan serta mencegah kehamilan yang tidak dikehendaki (FCI, 2000). Bahkan pada remaja putri di pedesaan, haid
pertama biasanya akan segera diikuti dengan perkawinan yang menempatkan mereka pada risiko kehamilan dan persalinan dini (Hanum, 1997:2-3).
Kadangkala pencetus perilaku atau kebiasaan tidak sehat pada remaja justru adalah akibat
ketidak-harmonisan hubungan ayah-ibu, sikap orangtua yang menabukan pertanyaan anak/remaja tentang fungsi/proses reproduksi dan penyebab rangsangan seksualitas (libido), serta frekuensi tindak kekerasan anak (child physical abuse).
Mereka cenderung merasa risih dan tidak mampu untuk memberikan informasi yang memadai mengenai alat reproduksi dan proses reproduksi tersebut. Karenanya, mudah timbul rasa takut di kalangan orangtua dan guru, bahwa pendidikan yang menyentuh isu perkembangan organ reproduksi dan fungsinya justru malah mendorong remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah (Iskandar, 1997).
Kondisi lingkungan sekolah, pengaruh teman, ketidaksiapan guru untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, dan kondisi tindak kekerasan sekitar rumah tempat tinggal juga berpengaruh (O’Keefe, 1997: 368-376).
Remaja yang tidak mempu-nyai tempat tinggal tetap dan tidak mendapatkan perlin-dungan dan kasih sayang orang tua, memiliki lebih banyak lagi faktor-faktor yang berkontribusi, seperti: rasa kekuatiran dan ketakutan yang terus menerus, paparan ancaman sesama remaja jalanan, pemerasan, penganiayaan serta tindak kekerasan lainnya, pelecehan seksual dan perkosaan (Kipke et al., 1997:360-367). Para remaja ini berisiko terpapar pengaruh lingkungan yang tidak sehat, termasuk penyalahgunaan obat, minuman
beralkohol, tindakan kriminalitas, serta prostitusi (Iskandar, 1997).
Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
Pilihan dan keputusan yang diambil seorang remaja sangat tergantung kepada kualitas dan kuantitas informasi yang mereka miliki, serta ketersediaan pelayanan dan kebijakan yang spesifik untuk mereka, baik formal maupun informal (Pachauri, 1997).
Sebagai langkah awal pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus ditunjang dengan materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seksual, apa yang harus dilakukan dan dilengkapi dengan informasi mengenai saranan pelayanan yang bersedia menolong seandainya telah terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tertular ISR/PMS. Hingga saat ini, informasi tentang kesehatan reproduksi disebarluaskan dengan pesan-pesan yang samar dan tidak fokus, terutama bila mengarah pada perilaku seksual (Iskandar, 1997).
Di segi pelayanan kesehatan, pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana di Indonesia hanya dirancang untuk perempuan yang telah menikah, tidak untuk remaja. Petugas kesehatan pun belum dibekali dengan kete-rampilan untuk melayani kebutuhan kesehatan reproduksi para remaja (Iskandar, 1997).
Jumlah fasilitas kesehatan reproduksi yang menyeluruh untuk remaja sangat terbatas. Kalaupun ada, pemanfaatannya relatif terbatas pada remaja dengan masalah kehamilan atau persalinan tidak direncanakan. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan (privacy) atau kemampuan membayar, dan kenyataan atau persepsi remaja terhadap sikap tidak senang yang ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian pelayanan dan informasi kepada kelompok remaja (Outlook, 2000).
Karena kondisinya, remaja merupakan kelompok sasaran pelayanan yang mengutamakan privacy dan confidentiality (Senderowitz, 1997a:10). Hal ini menjadi penyulit, mengingat sistem pelayanan kesehatan dasar di Indonesia masih belum menempatkan kedua hal ini sebagai prioritas dalam upaya perbaikan kualitas pelayanan yang berorientasi pada klien.


100 Remaja Lakukan Aborsi Setiap Hari
Oleh redaksi pada Kam, 01/03/2008 - 11:43.
• Artikel
Kurikulum pendidikan seks (sex education) di sekolah-sekolah selama ini dinilai kurang efektif dalam menanggulangi seks bebas di kalangan remaja. Oleh karenanya, peran orangtua menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, hukum dan agama.
Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan penelitian, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi. Jika dihitung pertahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Belum lagi pengaruh teknologi informasi yang tak terkendali membuat remaja lebih mudah mengakses pengetahuan tentang seks lewat internet, film porno dan majalah porno.
Prof dr Dadang Hawari, psikiater, mengatakan, pengaruh gaya hidup barat sebagai penyebab para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka cenderung menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang wajar.
Padahal, agama melarang keras seks bebas. "Namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tentu tidak boleh, apalagi melakukannya. Remaja sekarang ini rentan terkena dampak pengaruh informasi seks yang tidak mendidik dan tidak sesuai kaidah agama," tandas Dadang.
Berdasarkan penelitian, tujuh dari dari sepuluh perempuan telah melakukan hubungan seksual sebelum berumur 20 tahun. Sementara satu dari enam pelajar perempuan aktif bergaul seks bebas. Paling sedikit mereka berganti pasangan dengan empat laki-laki yang berbeda-beda.
Dadang berpendapat, seks bebas di kalangan remaja merupakan tanggung jawab kita bersama. Mereka adalah asset yang harus kita bina mental dan moralitasnya. Informasi yang mereka dapatkan selama ini biasa melalui situs porno dan film porno.
Akses informasi menurut dadang, dapat diperoleh dengan mudah melalui internet, HP, buku komik dewasa dan anak, TV (sinetron, film), CD, playstation, media informasi yang saat ini sangat sangat dekat dengan kesehatan remaja.
"Semua media informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks itu dianggap lumrah dan menyenangkan. Mulai dari berciuman, berhubungan seks sebelum nikah, menjual keperawanan, gonta-ganti pasangan, seks bareng, homo atau lesbi, sampai ke incest, semuanya tersedia dalam berbagai media informasi," papar Dadang.
Lalu bagaimana mengantisipasinya? Menurut Dadang, harus diajarkan pendidikan seks berdasarkan nilai-nilai agama. Bila remaja sejak dini diperkenalkan kepada pendidikan seks yang sesuai dengan agama, hingga seks bebas di kalangan remaja sedemikian rupa dapat dihindari. (yz/bkkbn)


Remaja AS dan Eropa Mulai Seks Usia 15
Oleh redaksi pada Sel, 02/19/2008 - 11:48.
• Artikel
Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24 negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut, menunjukkan 13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi.
Dr Emmanuelle Godeau dari Service Medical du Rectorat de Toulouse menyatakan, mayoritas remaja AS dan Eropa bertanggung jawab dalam melakukan perilaku seksnya. "Melindungi diri mereka sendiri dan rekannya untuk mencegah kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi kondom atau pil," katanya.
Meski demikian, menurut Emmanuelle, di beberapa negara masih diperlukan promosi perilaku seks yang lebih bertanggung jawab pada remaja. Prosentase remaja usia 15 tahun yang menyatakan hubungan seksual (intercourse) bervariasi pada beberapa negara, antara 14,1% di Kroasia hingga 37,6% di Inggris.
Remaja pria lebih condong melakukan perilaku seksual intercourse ketimbang remaja perempuan. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling populer di antara mereka. Bagaimanapun presentasi penggunaan kondom pun bervariasi dan berbeda di tiap negara, mulai 53% di Swedia dan 89% di Yunani.
"Kondom meskipun bukan metode terbaik untuk mencegah kehamilan, namun bisa melindungi penularan penyakit seksual. Angka kegagalan kondom mencegah kehamilan pada tahun pertama penggunaan sebanyak 14,5%," katanya.
Sedangkan pil kontrasepsi, lanjutnya, merupakan alat kontrasepsi kedua yang paling banyak digunakan oleh remaja yang disurvei tersebut. Sama dengan halnya kondom, penggunaan pil pun beragam dari berbagai negara, mulai 3% di Kroasia hingga 48% di Belgia dan Belanda.
Penggunaan keduanya yakni kondom dan pil, juga relatif sering dilakukan oleh remaja AS dan Eropa. Yakni mulai 2,6% di Kroasia dan 28,8% di Kanada. Sedangkan di Eropa Utara dan Barat, penggunaan pil kontrasepsi adalah sesuatu yang tidak umum.
"Ini nampak seperti ada pola berdasarkan geografi dalam penggunaan alat kontrasepsi. Hasil survei menunjukkan bahwa presentasi penggunaan alat kontrasepsi tertinggi dan efektif adalah di Eropa Barat," paparnya.
Menurut dia, tidak ada negara dari Eropa Tengah atau Timur, dengan pengecualian Masedonia, yang memiliki presentasi tinggi penggunaan alat kontrasepsi. Sehingga remaja-remaja di sana kurang terlindungi dengan baik.
Dr John Santelli dari Universitas Kolumbia, New York menyatakan hasil survei tersebut memang rasional. Dengan tingkat penggunaan alat kontrasepsi yang tinggi, maka angka kehamilan pada usia remaja menjadi rendah seperti yang terjadi di Belanda.
"Negara ini secara kuat menerima pesan bahwa penggunaan alat kontrasepsi harus dipastikan bisa diakses oleh remaja. Serta mereka juga harus mendapatkan pendidikan seks secara benar," paparnya. "Contoh tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab. Yakni perilaku seksual remaja pasti selalu memberi konsekuensi jangka pendek maupun panjang," lanjutnya.
Sementara di Australia, dilaporkan bahwa satu dari lima remaja perempuan secara sengaja mengakses pornografi melalui internet yang mendorong mereka untuk menirunya. Sementara sepertiga remaja mengaku, sering diganggu atau digoda seseorang yang sedang online. Ahli Psikologi Remaja, Dr Michael Carr Gregg menyatakan, beberapa remaja perempuan telah melakukan perilaku seksual meniru dari apa yang dilihatnya di internet.
"Ilusi dunia maya itu memberikan mereka keberanian untuk mempraktekkan di dunia nyata. Saya berpikir hasil survei telah membuka mata kita. Bahwa situasi remaja kita sudah semakin buruk," tuturnya.
Survei di Negara Australia ini, diikuti oleh 800 remaja perempuan dengan usia 12-18 tahun melalui situs web yang dilakukan selama satu tahun. Survei ini menemukan bahwa 25% dari remaja itu merasa diganggu dan digoda secara online. Sedangkan, lebih dari 40% mengaku telah diminta untuk mengirimkan gambar telanjang foto dirinya atau setengah telanjang melalui internet.


Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:39.
• Referensi
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.
Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
Apasih Kesehatan reproduksi itu?
KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Bagaimana cakupan pelayanannya?
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
• konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
• pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
• pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan
• Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
• Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro
Apa itu Kesehatan Reproduksi Remaja?
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.
Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
• Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja)
• mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
• Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi
• Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
• Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
• Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
• Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
• Hak-hak reproduksi
Siapa saja yang Perlu Diberitahu Perihal Informasi Kesehatan Reproduksi?
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi lagi.
Tumbuh Kembang remaja
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:51.
• Referensi
Perubahan apa yang Banyak Dialami Remaja?
Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak kelihatan. Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah, ataupun teman-teman pergaulan di luar sekolah.
Perubahan Fisik apa saja yang Dialami Remaja?
Tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak kamu lahir. Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan laki-laki memasuki usia antara 9 sampai 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada perempuan) atau mimpi basah (pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah karena gizi. Saat ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstrusi pertama (menarche) di usia 8-9 tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.
Apa itu mimpi basah?
Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak harus selalu dikeluarkan, ia akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair dan kotoran padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui mimpi basah.
Bagaimana proses terjadinya menstruasi?
Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi oleh sel sperma dalam rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding rahim dan membentuk lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah, kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut rahim dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara 3-7 hari. Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya tidak sama pada setiap orang. Adakalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari.
Apa yang perlu kita ketahui tentang alat reproduksi kita?
Orang biasanya berbicara hanya bentuk luar dari alat reproduksi (kelamin). Namun perlu diketahui, bahwa alat reproduksi terdiri dari bagian luar dan bagian dalam.

ALAT REPRODUKSI PEREMPUAN
Bagian luar::
• Bibir luar/labia majora
• Bibir dalam/labia minora
• Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak syaraf, ini merupakan bagian yang paling sensitive dalam meneriman rangsangan seksual.
• Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur)
• Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia pubertas
Bagian dalam:
• Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, jalan keluarnya bayi saat melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.
• Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki di dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim hingga bertemu sel telur perempuan.
• Rahim (uterus) adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).
• Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan disalurkan ke dalam rahim melalu saluran ini.
• Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang perempuan lahir, ia sudah memiliki ovarium yang mempunyai sekitar setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova punya kemungkinan untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova, hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif perempuan.
ALAT REPRODUKSI LAKI-LAKI
o Zakar atau penis. Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti helm disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut syaraf yang peka. Penis tidak memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang dan keras.
o Buah zakar atau testis. Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada pangkal penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).
o Saluran zakar atau uretra. Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
o Kantong pelir atau skrotum, yaitu lapisan kulit yang agak berkerut membentuk kantong yang menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk mengontrol suhu dari testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.
o Epididimis, yaitu tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis
o Saluran sperma atau vas deferens. Saluran sperma dari testis menuju seminal vasicle.
o Seminal Vesicle, yang berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna sebagai sumber kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi seminal vesicle mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.
o Kelenjar prostat, yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi sperma.
o Bladder (kandung kencing), tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke uretra ketika buang air kecil.
Apakah kita perlu merawat organ reproduksi kita?
Organ reproduksi yang sehat dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi. Organ-organ reproduksi didalam tubuh bisa rusak oleh penyakit menular seksual (PMS) yang mengakibatkan kemandulan (infertilitas). Baik pria ataupun wanita bisa memiliki masalah infertilitas bila terinfeksi PMS. Wanita hamil dapat menularkan PMS kepada bayi di dalam kandungannya.
Lalu apa yang dimaksud dengan Menopause?
Menopause secara klinis didefinisikan sebagai waktu di mana seorang perempuan tidak mengalami menstruasi lagi. Menopause terjadi karena hormon estrogen dan progesteron tidak lagi diproduksi sehingga indung telur tidak melepaskan sel telur. Akibatnya perempuan tidak memiliki sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma dan tidak memiliki dinding rahim yang akan luruh menjadi darah menstruasi. Dengan demikian, masa reproduksi perempuan sudah berhenti sehingga tidak bisa hamil lagi. Usia menopause pada perempuan berkisar antara 40-50 tahun, tetapi masing-masing orang tidak selalu sama, hal itu tergantung dari faktor kesehatan, gizi maupun keturunan.
Dengan tidak diproduksinya hormon estrogen, maka mukosa atau lapisan lendir pada vagina menipis sehingga pada saat berhubungan seks mudah lecet dan menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya, banyak perempuan yang sudah menopause menghindari hubungan seks. Rasa nyeri akibat luka lecet saat berhubungan seks dapat dikurangi dengan memakai pelicin yang berbahan dasar air seperti jelly.
Perubahan Emosional/psikologis yang terjadi pada masa remaja?
Pada remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan tanggung jawab yang dihadapi.
Mengapa Perubahan di atas Perlu Diketahui oleh Remaja?
Remaja perlu mengetahui perubahan di atas agar mereka mampu mengendalikan perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa begitu dia mendapatkan menstruasi atau mimpi basah maka secara fisik dia telah siap dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya remaja putri bila melakukan hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia melakukan hubungan seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual (dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi dengan baik (tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini, sehingga mereka menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu melakukan hubungan seksual berkali-kali.
Kapan Masa Subur Terjadi?
Masa subur adalah masa dimana terjadinya pelepasan sel telur pada perempuan. Titik puncak kesuburan terjadi pada hari ke 14 sebelum masa menstruasi berikutnya. Tetapi tanggal menstruasi berikutnya sering kali tidak pasti pada remaja. Biasanya diambil perkiraan masa subur 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke 14 tersebut. Pada masa remaja pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur (sisten kalender), tidak dapat diandalkan. Ini disebabkab siklus mentruasi pada remaja perempuan biasanya tidak teratur.


Seks, Seksualitas, Kesehatan Seksual
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:59.
• Referensi
Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin.
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis.
Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks.
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual.
Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati.
Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik secara seksual. Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain yang sejenis kelamin). Di antara kedua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku seksual yang sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di dalamnya.
Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada jenis kelamin yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen) dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan.
Bagaimana bersikap terhadap kaum homoseksual?
Homoseksual dikatakan normal apabila bisa diterima di suatu budaya tertentu dan dikatakan tidak normal apabila tidak diterima di budaya yang lain, tetapi dalam bersikap kita sebaiknya tetap menghargai manusia tanpa membedakan orientasi seksualnya.

Perilaku seksual
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:00.
• Artikel
Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi berbeda.
Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat) sampai berhubungan seks.
Bagaimana perilaku seks aman ?
Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma misalnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual tetapi jika sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar agar dapat mengurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan.
Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki melakukan masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi pada remaja laki-laki.
Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.
Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seseorang bernama onan yang sejak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini berkembang menjadi onani. Istilah onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb.
Petting
Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika langsung mengenai bibir kemaluan.
Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Anemia dan Kesehatan Reproduksi
Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi (terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2.5 kg). Di samping itu, anemia dapat mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan. Karena itu untuk memastikan agar remaja tidak mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis. Jika ternyata remaja mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk makan-makanan yang bergizi atau mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.

Kehamilan dan Melahirkan
Usia ideal untuk hamil dan melahirkan
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Apa yang Terjadi jika Remaja Menikah/hamil pada Usia Sangat Muda (di bawah 20 tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai berikut:
• Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
• Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dpat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat pada kematian
• Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitanya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
Apa yang Perlu Diketahu Remaja Tentang Kehamilan yang Tidak Diinginkan?
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD disebabkan oleh faktor:
• Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan
• Akibat terjadinya tindak perkosaan
• Kegagalan alat kontrasepsi
Kerugian KTD dan Bahaya pada Remaja?
Beberapa kerugian KTD pada remaja:
• Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka ia bisa saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya
• Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu yang megalami KTD terhadap bayi yang dilahirkanya nanti. Sehingga masa depan anak mungkin saja terlantar
• Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi. Di Indonesia aborsi dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum. Karena tindakan aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak aman. Aborsi tidak aman berkontribusi kepada kematian dan kesakitan ibu.
Apakah Dampak dari Melakukan Aborsi?
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan yaitu oleh meraka yang tidak terlatih. Perdarahan yang terus-menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian perempuan yang melakukan aborsi. Di samping itu aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi. Oleh karena itu konseling mutlak diperlukan kepada pasangan sebelum mereka memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi. Tindakan aborsi harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir jika altenatif lain sudah tidak dapat diambil.


PMS & HIV/AIDS
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:05.
• Artikel
Apa yang Dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual (PMS)?
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
Apa saja Tanda dan Gejala PMS?
Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:
• berupa bintil-bintil berisi cairan,
• lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
• luka tidak sakit;
• keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
• adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
• rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
• rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
• kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
• bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada gejala, biasanya berupa antara lain:
• rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
• rasa nyeri pada perut bagian bawah,
• pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
• keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya,
• keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
• timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
• bintil-bintil berisi cairan,
• lecet atau borok pada alat kelamin.
Bagaimana Remaja Bisa Terhindar dari PMS?
Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari hubungan seksual yang tidak aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
Apa saja Jenis PMS?
Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin.
Apakah PMS dapat Diobati?
Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa diobati secara tuntas seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena PMS, satu-stunya cara adalah berobat ke dokter atau tenaga kesehatan., jangan mengobati diri sendiri. Selain itu, pasangan kita juga harus diobati agar tidak saling menularkan kembali penyakit tersebut.
Mitos-mitos seputar PMS
Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah hanya dengan memilih pasangan yang kelihatan bersih penampilannya, mencuci alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum jamu-jamuan, minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seks.
Apakah HIV/AIDS itu?
AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Apakah HIV/AIDS Termasuk PMS?
Ya, karena salah satu cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV dapat menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim tranfusi darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
Tanda-tanda dan Gejala HIV/AIDS
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Beru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut, dan terjadi pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian.
Bagaimana Bisa Terhindar dari HIV/AIDS?
Lebih aman berhubungan seks dengan pasangan tetap (tidak berganti-ganti pasangan seksual). Hindari hubungan seks di luar nikah. Menggunakan kondom jika melakukan hubungan seksual berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks komersial; sedapat mungkin menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya; menggunakan alat-alat medis dan non media yang terjamin streril.
Pengobatan HIV/AIDS
Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.
Bagaimana Mendeteksi HIV/AIDS
Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya virus HIV dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali. Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot atau Immunofluoresensi.
Mitos yang Salah Seputar HIV/AIDS?
Beberapa mitos yang salah yang sering terjadi di masyarakat adalah bahwa berhubungan sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman, menggunakan WC yang sama, tinggal serumah, atau menggunakan sprei yang sama dengan penderita HIV/AIDS.
Apakah Penderita HIV/AIDS Perlu Dikucilkan?
Sebaikya penderita jangan dikucilkan. Kita perlu tetap memperlakukannya sebagai teman dan tidak merubah sikap karena penyakitnya. Memberi mereka dorongan semangat dan juga memperhatikan keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.

Narkoba dan Miras
Apa Hubungannya antara Narkoba dan Miras dengan Kesehatan Repoduksi?
Secara langsung, pecandu narkoba (khususnya mereka yang mempergunakan jarum suntik) dapat menjadi saran penularan HIV/AIDS. Secara tidak langsung narkoba dan miras biasanya terkait erat dengan pergaulan seks bebas. Di samping itu kecanduan obat terlarang pada orang tua akan mengakibatkan bayi lahir dengan ketergantungan obat sehingga harus mengalami perawatan intensif yang mahal. Kebiasaan menggunakan narkoba/miras dapat menurun pada sifat-sifat anak yang dilahirkan, yaitu menjadi peminum dan pecandu, atau mengalami gangguan mental/cacat. Perempuan “pemakai” mempunyai sikap hidup malas dan kekurangan gizi sehingga mengakibatkan bayi dalam kandungan gugur, berat lahir rendah atau cacat.
Bagaimana Menghindarkan Diri dari Jerat Narkoba dan Miras
Jangan pernah berpikir untuk mencoba. Tindakan mencoba merupakan langkah awal untuk terjerumus. Dekatkan diri dengan tuhan. Jadikan keluarga sebagai tempat perlindungan jika menghadapi suatu masalah. Carilah sahabat yang baik. Bergabunglah dengan kelompok yang memiliki tujuan yang positif. Jauhi kelompok yang tidak memiliki tujuan yang jelas.
Apa yang Perlu Dilakukan jika Mengetahui ada Orang yang Kecanduan Disekitarnya?
Ingatlah bahwa masalah narkoba dan miras adalah masalah kita bersama. Semua orang dapat mengalaminya. Karena itu janganlah mengucilkan atau menjauhi mereka yang terkena nakoba dan miras. Sebaliknya rangkulah mereka dan bantulah mereka keluar dari permasalahan tersebut.
Dukunglah dan bantulah keluarga korban untuk bersama-sama menolong korban. Jika mengalami banyak hambatan dalam membantu keluarga korban, rujuklah penanganan korban melalui keluarganya kepada pihak yang memiliki kemampuan untuk itu.



Masa Remaja
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:07.
• Referensi
Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka.
Perkembangan fisik
Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua tahun. Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang mendalam pada pria; rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita. Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikologis; beberapa studi menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan diri daripada rekan-rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat.
Perkembangan intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis Jean Piaget menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget beranggapan bahwa tahap ini terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman terkait mereka. Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.
Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada, atau tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat.
Perkembangan emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses psikososial yang terjadi seumur hidup.
Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya dalam gaya dewasa. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.


Masturbasi
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:08.
• Referensi
Masturbasi adalah rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Hal ini sekali-sekali dilakukan oleh sebagian besar pria maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95 persen pria dan 89 persen wanita dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Ini adalah perilaku seksual pertama yang dilakukan oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita daripada pria yang telah melakukan senggama bahkan sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan mereka cenderung menyatakan 'selalu' atau 'biasanya' mengalami orgasme ketika bermasturbasi (80 : 60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah senggama), bahkan bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual tetap.
Sebagian besar anak-anak - seringkali setelah masa bayi - kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang, tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai "seksual" sebelum mereka memasuki masa remaja. Selama masa remaja, persentase mereka (baik laki-laki maupun perempuan) yang melakukan masturbasi meningkat dengan pesat, terutama pada pria. Sebagian besar orang terus melakukan masturbasi ketika mereka telah dewasa, dan banyak juga yang melakukannya sepanjang hayat dikandung badan.
Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga berarti "penyalahgunaan dengan tangan". Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur tertanam disebabkan karena porsi "penyalahgunaan" pada kata itu hingga kini masih tetap ada dalam terjemahan moderen - meskipun para aparatur kesehatan telah sepakat bahwa masturbasi tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental. Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka.
Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak. Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini seringkali berujud kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat di mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif). Masturbasi kompulsif - sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain - adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa.
Jadi, berlawanan dengan keyakinan kuno, masturbasi tidak akan menyebabkan munculnya birahi tanpa kendali, tidak akan menyebabkan anda buta atau tuli, menyebabkan anda flu, gila, tumbuh rambut pada tangan anda, gagap, atau membunuh anda. Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan bagian-bagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa percaya diri dan sikap dapat memahami diri sendiri. Pengetahuan ini selanjutnya bisa dibawa untuk memperoleh hubungan seksual yang memuaskan di masa depan, baik dengan cara masturbasi bersama-sama pasangan, atau karena bisa memberitahukan pasangannya apa-apa saja yang bisa memuaskan diri mereka. Ini adalah usul yang bagus bagi setiap pasangan untuk membicarakan perilaku masturbasi mereka dan juga untuk menenangkan pasangan jika sewaktu-waktu salah satu di antara mereka lebih memilih untuk melakukan masturbasi daripada senggama.
Dalam beberapa kejadian, masturbasi bersama-sama mungkin bisa diterima. Dilakukan sendirian ataupun dengan kehadiran pasangan, kegiatan ini bisa sangat menyenangkan dan menambah keintiman, jika ini tidak dianggap sebagai sebuah bentuk penolakan. Seperti kegiatan yang lainnya, jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik, masturbasi bisa diterjemahkan sebagai tanda amarah, keterasingan, ataupun ketidakbahagiaan terhadap hubungan yang sedang berlangsung.
Dengan mengatasi stereotip negatif masyarakat dan perasaan pribadi masing-masing individu tentang masturbasi, maka para pria dan wanita bisa dengan merdeka mengeksplorasi dan menikmati seksualitas mereka secara pribadi, dengan cara yang memuaskan. Satu peringatan: untuk tetap memperoleh seks yang aman, masturbasi dengan pasangan bisa merupakan suatu alternatif yang menyenangkan bagi senggama, sepanjang anda menghindari kontak dengan cairan semen atau cairan vagina pasangan anda, khususnya jika anda mempunyai goresan atau luka terbuka.


Hormon
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:09.
• Referensi
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara sebagian bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual.
Hormon-hormon seks utama dapat dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas hormon ini ada pada pria dan wanita, namun dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan kebanyakan wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap hari. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin, namun dalam jumlah yang lebih besar pada wanita.
Estrogen adalah hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi. Pada kebanyakan wanita, hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam gairah seks mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90% melaporkan tidak adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks diturunkan karena pengangkatan kedua rahim.
Estrogen penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam memproduksi cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun juga diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin yang terdapat pada pria dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki. Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh, dan alat kelamin, mendalamkan suara, pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah pubertas, hormon androgen - khususnya testosteron - memainkan peran dalam pengaturan gairah seks.
Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan turunnya gairah seks, dan kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun wanita. Namun, kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar (gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka. Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi seksual wanita selain menurunkan gairah.
Namun, tidak ada bukti apapun yang menunjukkan bahwa karena wanita memiliki lebih sedikit testosteron daripada pria, mereka mempunyai nafsu seks lebih rendah. Malah, sepertinya wanita mendeteksi dan bereaksi pada jumlah testosteron yang lebih rendah dalam sirkulasi mereka daripada pria.
Usia tua, sakit, dan beberapa perawatan kanker dapat mempengaruhi keseimbangan hormon tubuh kita yang rapuh, menyebabkan perubahan dalam fungsi dan gairah seksual. Yang paling dikenal adalah perubahan yang terjadi saat wanita mengalami menopause. Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahun-tahun dimana ia dapat mengandung anak. Pengaruh seksual paling utama dari penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina dan penipisan dinding vagina, bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya pembasahan vagina saat rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit perubahan dalam fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan bila mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti hormon.
Para peneliti yang sedang menyelidiki efek-efek dari terapi pengganti hormon pada fungsi seksual wanita telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi estrogen seringkali menyebabkan fungsi seksual kembali seperti asal. Ditambah lagi, androgen telah diresepkan bagi wanita pasca menopause untuk meningkatkan nafsu seksualnya.
Mungkin yang kurang diketahui adalah kenyataan bahwa pria terkadang mengalami penurunan kadar testosteron, yang dapat bertanggung jawab terhadap gangguan seksual. Bagaimana pengurangan hormon ini mempengaruhi gairah seks pria dan ereksi masih tidak jelas. Namun para ahli penyakit dalam pria terkadang merekomendasikan penggantian testosteron untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari mengenai pria dan wanita mana yang membutuhkan dan mendapatkan keuntungan dari terapi penggantian hormon.
Sangat menggoda untuk mencoba memahami perilaku seksual hanya dalam istilah hormon. Pada banyak spesies binatang, hormon mengendalikan kesediaan sang betina untuk berpasangan dan berhubungan, perilaku seksual sang jantan, dan secara ketat mengatur perilaku seksual mereka. Namun pada manusia ada hubungan yang lebih rumit antara hormon dan perilaku seksual. Walaupun kekurangan sejumlah testosteron biasanya mengurangi gairah seks pada pria dan wanita, ada beberapa kasus dimana hal ini tidak terlihat. Juga, walaupun banyak pria dengan kadar testosteron dibawah normal memiliki kesulitan ereksi, tidak semuanya mengalami hal ini. Wanita yang mempunyai kadar estrogen rendah dalam tubuhnya tidak kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk mengalami orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi ketertarikan atau perilaku seks. Bila anda prihatin akan kadar hormon anda dan apakah mereka mempengaruhi kesehatan anda secara umum atau fungsi seksual anda, berkonsultasilah dengan dokter anda untuk diadakan pemeriksaan darah secara sederhana dan mudah.


Menstruasi
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:11.
• Referensi
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
Kecuali jika seorang gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini bisa menjadi saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan penerimaan akan menstruasi. Malahan banyak wanita yang melihat menstruasi dengan bangga sebagai proses yang hanya terjadi pada wanita. Beberapa keluarga bahkan memiliki perayaan khusus untuk menghormati kedewasaan seorang wanita muda.
Meskipun begitu, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita akibat dismenore, atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti keram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala datang bulan atau PMS, dan mungkin membutuhkan penanganan medis.
Dalam beberapa kasus pengadilan di Inggris dan Perancis, para pengacara telah menggunakan keberadaan PMS untuk berargumentasi mengenai turunnya kemampuan saat melakukan perbuatan kriminal. Di masa lalu, PMS dianggap sebagai kondisi psikosomatik, dan berlanjut menjadi subyek tertawaan, sekarang PMS dikenal memiliki sebab organik. Beberapa pengobatan telah diciptakan untuk mengatasi gejala-gejala PMS.
Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit. Sebaliknya, beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih lama dari periode normal.
Sikap terhadap menstruasi dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak masyarakat yang memandang wanita sebagai terkontaminasi atau tercemar saat menstruasi dan tidak mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut tercemar. Menstruasi adalah satu dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk menghalangi wanita memasuki peran-peran keagamaan pada beberapa agama. Ritual pembersihan di akhir menstruasi dianjurkan pada beberapa masyarakat. Namun, masyarakat lain menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dan tidak menghukum atau menghalangi wanita saat mereka mengalaminya.

Lebih Seperempat Gadis Remaja AS Terinfeksi STD
Oleh admin pada Jum, 03/14/2008 - 10:10.
• Artikel
Lebih seperempat gadis remaja Amerika Serikat menderita setidaknya satu penyakit yang menular melalui hubungan seks (STD), demikian hasil studi baru yang disiarkan Selasa (11/3). Sebanyak 3,2 juta gadis remaja yang berusia antara 14 dan 19 tahun, atau sebanyak 26 persen dari jumlah seluruh gadis remaja di Amerika, terinfeksi virus papilloma manusia, chlamydia, herpes kelamin atau trichomoniasis, kata studi tersebut, yang disiarkan oleh Pusat Pengawasan Penyakit AS (CDC). Jumlah itu bahkan akan bertambah jika penyakit yang tak terlalu umum seperti HIV/AIDS, syphilis dan gonorea dimasukkan.
Prevalensi tertinggi secara keseluruhan terdapat di kalangan gadis Amerika-Afrika --hampir separuh dari orang yang disurvei terinfeksi STD (sexually transmitted diseases). Sementara di kalangan remaja Amerika-Meksiko, mereka berjumlah 20 persen.
STD membuat pemerintah mengeluarkan hampir 15 miliar dolar AS untuk membiayai perawatan setiap tahun, dan lebih dari separuh mereka yang terinfeksi berusia di bawah 24 tahun, kata CDC.
Sebanyak separuh perempuan muda dalam studi tersebut melaporkan mereka melakukan hubungan seks, dan 40 persen perempuan yang aktif melakukan hubungan seks terinfeksi STD.
HPV, virus yang mengakibatkan kanker leher rahim, adalah infeksi paling umum, menyerang 18 persen gadis remaja dalam studi tersebut.
Studi itu menganalisis data dari 838 remaja yang ikut dalam studi kesehatan nasional pada 2003 dan 2004. Para peneliti menggunakan sampel perwakilan nasional untuk memproyeksikan jumlah gadis remaja yang tertular STD di seluruh Amerika Serikat. Infeksi paling umum kedua setelah HPV adalah Chlamydia, yang menyerang 4 persen perempuan muda.
"Apa yang kami temukan mengerikan," kata Dr. Sara Forhan dari CDC, yang memimpin studi tersebut, kepada wartawan. "Ini berarti lebih banyak lagi perempuan muda menghadapi resiko dampak kesehatan serius berupa STD yang diobati, termasuk gangguan kesuburan dan kanker leher rahim."
Dr John Douglas, Direktur Divisi Pencegahan STD di CDC, mengatakan gabungan faktor rumit menjadi penyebab tingginya penularan di kalangan gadis remaja berkulit hitam, termasuk secara keseluruhan lebih tingginya penularan STD di kalangan masyarakat kulit hitam yang lebih luas. (Rtr/Ant/OL-01)


Bagaimana Berbicara dengan Remaja sehingga Mereka Mau Mendengar
Oleh redaksi pada Sen, 03/31/2008 - 09:33.
• Artikel
& Bagaimana Mendengar Remaja sehingga Mereka Mau Bicara

oleh: Rizki Dinar Winiar

Buku ini sangat baik dibaca oleh setiap orang, khususnya orang tua yang mempunyai anak usia remaja. Seringkali terdapat perbedaan persepsi antara keinginan anak dan keinginan orang tua, dan dalam buku ini digambarkan secara jelas kiat-kiat menemukan jembatan perbedaan itu.

Awal kisah bermula dari perkumpulan yang digagas oleh seorang psikolog, kurang lebih sepuluh orang tua berkumpul setiap minggu. Mereka mempunyai anak remaja usia 12-16 tahun. Setiap pertemuan mereka menceritakan kegalauan mereka akibat ulah para remaja itu. Masing-masing remaja tentu seperti halnya manusia lainnya, unik. Namun, ternyata ada persamaan hal-hal yang menjadi dasar untuk dapat mengenal, mendekati dan memahami mereka. Berikut adalah kuncinya.

Pertama, pahami bahwa seperti diri Anda dulu, sebagian remaja merasa ini adalah saat terindah dalam hidup mereka, mereka merasa lebih ‘hidup,’ bebas, punya banyak keinginan dan inilah masa pembuktian diri. Sebagian lainnya justru ingin segera melarikan diri, karena merasa ini adalah hal tersulit dalam hidup mereka. Persepsi yang salah tentang postur tubuh ideal dan popularitas telah mengubur kepercayaan diri mereka. Oleh karenanya, apapun yang dirasakan oleh putra-putri Anda saat ini, berikan mereka dukungan dan bimbingan. Biarkan mereka mengungkapkan perasaannya.

Langkah berikutnya adalah berdamai dengan perasaan yang mereka utarakan. Daripada menangkis dan mengabaikan perasaan mereka, lebih baik identifikasi/ coba mengerti apa yang sesungguhnya mereka rasakan. Jangan justru memperlebar jurang bicara dengan berkomentar panjang lebar, cukup dengan ungkapan kecil namun bijak “ooh, mmm.. begitu ya.” Misalkan anak Anda mengalami patah hati pertama kali karena ‘pacar’nya ternyata ‘playboy.’ Di saat ia bercerita, jangan mengomentarinya dengan “tuh kan, emang dia brengsek, dari gayanya aja Mama udah tau kalau dia nakal, dia emang ga pantes buat kamu.” Sebaiknya, identifikasi perasaan mereka dengan berkata “Oh itu yang buat kamu kelihatan sedih akhir-akhir ini, pasti kamu kecewa ya...hmm, seandainya aja Ronny anak baik ya, Mama bersyukur sekali kalau kamu punya teman seperti dia.”
Dengan memahami perasaan mereka dan memberikan khayalan yang berbeda dari kenyataan, ternyata membuat remaja lebih nyaman menerima keadaan sesungguhnya dan membuat mereka merasa berhak didengar.

Setelah mampu memahami perasaan mereka, hindari melakukan perintah atau bersikap menyalahkan. Misalnya “Jangan makan pizza itu banyak-banyak” atau “Pulang sekolah taro baju yang bener di ember belakang” atau “Ini baju rusak gara-gara kamu yang cuci.” Sebaiknya berikan penjelasan atau informasi dengan cara yang baik seperti “Pizza ini cuma sedikit, karena kita sekeluarga ber-5, jadi masing-masing hanya kebagian satu dulu ya” atau “Baju ini sayang sekali selesai pakai langsung di buang ke lantai, karena kalau noda-noda minyak dan debu yang ada di lantai nempel, nanti susah hilangnya. Memang mau pakai baju yang ada corak coklatnya...?” atau “Lena sayang, lain kali sebelum cuci baju lihat dulu ya petunjuknya, biasanya ada di bagian dalam baju. Nah lihat kan, baju ini hanya boleh dicuci pakai tangan, kalau pakai mesin cuci jadi mengkerut.” Ungkapkan juga harapan Anda seperti “Mama makasih banget kamu mau bantu, mudah-mudahan kamu semakin menjadi anak yang bertanggung jawab, siapa tahu nanti kuliah jadi anak kos, yang segalanya harus mandiri.” Dengan begitu, remaja merasa bahwa dirinya mampu ‘berbuat sesuatu,’ bukan hanya ‘makhluk’ yang diperintah.

Memahami perasaan sudah, menghindari kata perintah ataupun menyalahkan sudah. Apalagi? Selanjutnya, Anda harus menentukan sikap apakah mereka harus dihukum atau tidak atas ‘kenakalannya.’ Kenapa? Karena ada sebagian anak yang merasa bahwa hukuman memang menolong mereka untuk kembali ke ‘jalan yang benar,’ namun sebagian lagi justru berpendapat itu akan membuat mereka merasa lemah, terpuruk dalam rasa bersalah yang berkepanjangan sehingga tidak lagi percaya terhadap dirinya sendiri. Celakanya, sebagian lagi justru mencari celah agar tidak lagi ‘ketahuan,’ mereka menjadi pembohong unggul! Hmm, ternyata ada alternatif hukuman lho. Caranya, begitu Anda tahu ada perbuatan mereka yang mengecewakan Anda, beritahu mereka, ungkapkan perasaan Anda, harapan Anda, beritahu mereka cara memperbaiki kesalahan, berikan tawaran/ pilihan dan lakukan aksi untuk mencegah terulangnya ‘kejadian.’ Misalnya “Papa kecewa sekali, karena tadi tanpa sengaja menemukan surat peringatan dari guru kamu di sekolah. Jadi, kamu sudah 3 hari ini bolos. Sebenarnya, Papa sangat berharap kamu senang belajar di sekolah, Papa dan Mama sedih karena tidak mudah rasanya mengumpulkan uang untuk sekolahmu nak.” Setelah Anda tahu alasan mereka, (ingat jangan mendesak alasannya) perlahan berikan mereka pandangan bagaimana memperbaiki kesalahannya, kemudian tawarkan pilihan seperti, “Besok, Papa temani ya, kita minta maaf sama-sama ke wali kelasmu. Kalau kamu bosan karena Pak gurunya ga jelas ngajarnya, kita bisa pilih tempat les yang kamu suka, yang bisa buat kamu semangat, atau mau bikin kelompok belajar?” Di hari lain, jika mereka terlihat tetap jenuh dengan pelajaran tersebut meskipun sudah memilih caranya sendiri untuk membuat kelompok belajar, lakukan aksi dengan perjanjian bahwa mereka harus tetap bertahan sampai menemukan cara yang mereka anggap paling nyaman dalam mempelajari mata ajar tersebut. Ketegasan dalam fase ini mutlak diperlukan, tidak ada salahnya menambahkan ‘ancang-ancang hukuman,’ seperti “Atau kamu mau untuk tidak main dulu sementara sebelum kamu ngerti pelajaran itu?” Jelas sekali perbedaannya, bahwa dengan hukuman kita sudah menutup rapat-rapat segala kemungkinan, namun dengan menawarkan solusi/ perjanjian kita tetap membuka peluang bagi mereka untuk memperbaiki kesalahannya.

Step selanjutnya yakni dengan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan suatu masalah. Biarkan mereka memberikan pandangannya, begitu juga dengan Anda. Lakukan ‘brainstorming’ berdua, tulis dalam sebuah kertas. Jangan pernah mentertawakan apa yang menurut Anda ‘ide bodoh.’ Setelah itu, bersama-sama cari titik temu, mana yang bisa dilaksanakan. Misalnya anak Anda terlalu larut pulang malam, list ide yang mungkin Anda dan putra/i Anda tulis adalah ga boleh keluar malam lagi sampai nikah, jam malam diperpanjang 2 jam, Papa jemput ke tempat acara dsb. Mana yang paling mungkin untuk berdua. Misalnya jam malam diperpanjang tetapi hanya 1 jam, dan untuk acara-acara tertentu, seperti ulang tahun teman. Kuncinya, saling mendengar, saling bicara dan buat keputusan secara bersama-sama.

Dalam buku ini, langkah-langkah tadi adalah cara bijak yang perlahan-lahan diaplikasikan oleh para orang tua. Tetapi, tentu saja satu arah tidak akan cukup. Untuk itu, setelah tahapan tadi selesai, para anak dikumpulkan. Mereka diberikan kebebasan untuk menyampaikan perasaan mereka, tentang apa yang mereka inginkan dan tidak inginkan dalam rumah mereka. Apa yang mereka inginkan dari orang tua mereka dan apa yang mereka harapkan dari hubungan anak dan orang tua. Terungkap bahwa mereka ingin dimengerti, mereka tidak ingin di’judge’ harus begini harus begitu kamu begini kamu begitu. Hubungan pertemanan adalah hal yang paling nyaman yang bisa Anda ciptakan. Bicaralah dengan mereka, seperti layaknya sahabat sehati.

Bagian ini merupakan bagian yang cukup penting. Kenali teman-temannya. Ungkapkan pada diri putra/i Anda bahwa “teman adalah seseorang yang dengannya kamu bisa menjadi apa adanya dirimu, seseorang yang tidak berusaha untuk merubah kamu.” Jadi, berikan dasar-dasar seperti Anda telah belajar langkah-langkah sebelumnya, bagaimana memahami perasaan anak Anda, mengidentifikasi perasaannya dan memberikan khayalan yang berbeda dari kenyataan. Mereka pun harus melakukan hal yang sama kepada teman-temannya. Mintalah mereka melakukan hal yang sama pula kepada Anda. Tambahkan bahwa teman adalah salah satu hal paling berharga di dunia ini, jadi jika ingin dicintai mulailah mencintai, teman dan juga orang tua

Inti dari pertemuan anak dan orang tua adalah respek, sikap saling menghargai. Ceritakan apa yang Anda rasakan dan inginkan sebagai orang tua dan apa yang mereka rasakan serta inginkan sebagai anak. Hindari perselisihan dan saling menyerang. Jangan lupakan pujian, karena bisa semakin merekatkan hubungan baik Anda dan remaja. Pujilah dengan tulus usaha yang telah mereka lakukan bukan apa yang menurut Anda kedengaran ‘enak.’ Misalnya, daripada “Putri, kamu memang anak yang paling pintar!” atau “Cinta, kamu memang paling cantik!” lebih baik “Papa senang sekali semester ini kamu dapat rangking 5, Papa lihat kamu ngga pernah ngeluh setiap hari belajar dari pagi sampai sore. Papa bangga atas kerja keras kamu.” Atau “Cinta, Mama senang kamu sekarang sudah besar, bisa memilih baju yang cocok dengan usia kamu, rambutnya juga dirawat setiap hari, kamu terlihat cantik.” Pujian yang pertama terdengar manipulatif, apalagi jika anak Anda tidak merasa seperti yang Anda ucapkan. Sebaliknya, pujian yang kedua adalah ungkapan jujur Anda atas usaha mereka, dengan sendirinya mereka akan lebih menghargai diri mereka sendiri.

Terakhir, setelah hubungan baik terbina, Anda boleh mendiskusikan masalah seks ataupun obat-obat terlarang dengan putra/i Anda. Mulailah dengan bantuan radio, TV, majalah atau koran. Misalnya, di radio ada berita tentang penurunan angka kehamilan remaja belum nikah, Anda bisa mulai dengan “wah berita bagus nih, kira-kira kenapa ya, menurut kamu apa remaja sekarang sudah mulai pakai kondom? Atau... malah banyak yang tidak ingin melakukan hubungan seks sebelum nikah?” Anak Anda mungkin menjawab “Hm, ga tau deh, mungkin aja sih Pa.” Pembicaraan pun bisa berlanjut. Intinya, jangan tiba-tiba datang berceramah panjang lebar tentang hal itu ataupun menuduh mereka terlibat dalam pergaulan ‘bebas’. Anda juga perlu memberikan informasi yang jelas dan spesifik jika mereka bertanya, jangan berikan jawaban yang menggantung atau menerawang karena justru akan memicu rasa penasarannya. Jangan lupa, Anda adalah model mereka, jika tidak ingin mereka menjadi perokok, maka Anda pun jangan merokok.
Kesimpulannya, dengan berupaya bersikap responsif mendengarkan perasaan mereka (remaja), bekerja sama mencari penyelesaian masalah, mendukung mimpi dan harapan mereka, Anda telah menyampaikan kepada putra putri Anda betapa setiap hari Anda menghormati, mencintai dan menghargai mereka. Dan mereka, yang merasa dihargai oleh Anda sebagai orang tuanya, akan lebih mudah untuk menghargai diri mereka sendiri. Mereka akan lebih mudah untuk bertanggung jawab terhadap pilihan mereka dan menghindarkan diri dari perilaku yang dapat menjerumuskan dan menghancurkan masa depan mereka. Itu semua karena ‘siapapun kita, anak ataupun orang tua, perlu untuk dihargai.